Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Santri

KEJAKSAAN NEGERI KOTA MADIUN GO TO SCHOOL

Hari ini selasa tanggal 30 April 2024 kejaksaan Negeri Kota Madiun mengadakan sosialisasi terkait "Perundingan" di hadapan para santri SMP Darul Madinah Kota Madiun. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Aqshol Madinah yang dihadiri oleh seluruh santri dan para ustadz dan ustadzah Pesantren Hidayatullah Madiun.  Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja Kejaksaan Negeri Kota Madiun yakni Kejaksaan Go To School atau kejaksaan masuk sekolah. Dan salah satu sasaran program ini adalah pesantren-pesantren yang terdapat di kota Madiun.  Kegiatan ini juga merupakan kerjasama antara Kejaksaan Negeri Kota Madiun dengan Kementerian Agama Kota Madiun Seksi PD Pontren yang membawahi pesantren yang terletak di kota Madiun.  Tujuan kegiatan ini adalah untuk meng-edukasi para ustadz dan ustadzah serta para santri terkait dengan hukum. Dan khususnya terkait dengan masalah bullying atau perundungan.  Materi ini merupakan materi yang sangat penting karena sampai saat ini proble

DUA MACAM PENGASUH

Dalam sebuah kegiatan Kepesantrenan yang diadakan di Pasuruan, salah seorang pemateri memberikan penjelasan terkait kriteria pengasuh Pondok Pesantren yang baik. Diantara kriteria itu adalah sebagai berikut 1. Komunikatif yakni mampu mengkomunikasikan, menyampaikan dan menjelaskan progres dan perkembangan santri 2. Berpenampilan menarik yakni harus rapih, bersih dan harum.  3. Selalu berpandangan positif kepada santri 4. Berhati-hati dalam memilih kata-kata atau berbicara.  Itulah kriteria pengasuh yang sempat beliau jelaskan kepada para peserta yang disambut dengan kerutan dahi. Kenapa? Karena memang untuk memenuhi kriteria tersebut bukan hal yang mudah. Setidaknya ada beberapa alasan. Diantaranya  1. Karakter santri yang variatif Bervariasinya karakter santri tentu sesuatu yang lumrah. Sebab mereka mondok atau mendapatkan pendidikan bukan dari Nol. Mereka sudah mendapatkan pendidikan  dari kedua orang tuanya, guru-guru di TK dan SD nya.  Maka menghadapi berbagai macam kar

SETAHUN JADI KIAI Bag. 3

Pada tulisan kali ini dengan topik "Menjadi Kiai Setahuh" saya akan mengulas salah satu nilai penting yang seyogyanya ada di sebuah Pesantren yakni kitab kuning. Semua pesantren Salafiyah pasti dalam proses pembelajarannya menggunakan kitab-kitab standar yang juga sudah menjadi tradisi turun temurun.  Beda pesantren Salafiyah dengan pesantren Modern. Kebanyakan pesantren Modern tidak fokus pada ilmu-ilmu alat dan fikih semata. Bahasa Arab lebih kepada skill komunikasi praktis dari pada pendalaman ilmu alat. 

NGAJI, NGABDI, RABI

Dalam acara lepas pisah dengan santri pengabdian tahun ini ada yang sangat berkesan yakni pada saat sambutan yang disampaikan oleh kepala pengasuh, ustadzah Istiharoh. Beliau menyampaikan sebuah ungkapan yang menurut saya keren sekali. Slogan itu baru saja saya dengar. Selama saya mondok belom pernah saya mendengar ungkapan atau slogan ini. Slogan itu berbunyi "Santri itu ya Ngaji, ya Ngabdi, ya Rabi". Awalnya slogan ini lucu bagi saya. Tapi lama-lama saya tertegun dan termenung dengan filosofi yang terkandung di dalamnya. 

LEPAS PISAH SANTRI PENGABDIAN

Setahun sudah mereka mengabdikan diri di Pesantren Darul Madinah Madiun. Mulai sekitar Juli 2022 sampai Juni 2023. Susah senang, suka duka, sering diceramahi, dimarahi, ditegur, disorot dan kondisi-kondisi lainnya yang membuat mereka tertekan sudah dilalui semua.  Tugas-tugas yang menumpuk, capek dan lelah yang tiada henti adalah makanan harian yang rutin ditemui. Belum selesai yang satu, tugas satunya lagi sudah menunggu dikerjakan. Belum lagi urusan dan keperluan pribadi mereka yang juga tak kalah banyaknya.  Tepat malam ini yakni selasa malam rabu, 13 Juni 2023 sebuah acara diadakan khusus untuk melepas mereka setelah setahun mereka mengabdikan diri di pesantren ini. Ada yang diberi tugas di di bagian Ketahfidhan, ada yang diberi tugas di Pengasuhan dan unit-unit lainnya.  Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada antum semua yang sudah mengabdikan diri di pesantren ini. Dan kami berdoa semoga antum diberikan kesuksesan dalam tahapan kehidupan berikutnya yang

MONDOK Bag. 11

Entah hanya saya yang berasal atau santri yang juga pernah mondok merasakan hal yang sama bahwa ketika menapaki tahapan mondok rasanya tidak dapat apa-apa. Kalau bagi santri yang berprestasi tentu perasaan seperti ini bisa ditepis. Tapi bagi santri yang katakanlah biasa-biasa saja selama menjalani proses mondok, maka perasaan ini adalah perasaan yang biasa menghinggapi para santri.  Sebenarnya tak ada satu anak pun yang tidak ingin membahagiakan dan membuat bangga kedua orangtuanya. Semuanya pengen. Namun bisa jadi belom menemukan cara. Hanya ada satu anak yang tidak "akan" mau membahagiakan orangtuanya yakni anak yang mengalami luka batin yang disebabkan oleh perlakuan atau ucapan orangtuanya.  Maka di sini menjadi penting sekali untuk para orangtua agar selalu membangkitkan semangat anak-anaknya. Dengan mengajak ngobrol anak tentang kesehariannya di pondok, tentang pelajarannya, tentang hafalannya dan apa saja yang dilakukan anak selama di pondok. Bahkan keluh k

MONDOK Bag. 10

Sebenarnya banyak sekali yang ingin saya urai dan paparkan dari perjalanan saya mondok di Ponpes Miftahul Ulum Bungbaruh Pamekasan. Namun lagi-lagi merangkai kepingan ingatan bukanlah hal yang mudah.  Ada satu kisah yang sampai saat ini saya selalu ingat tatkala saya mondok. Yakni perpulangan.  Sebagaimana pondok lain pada umumnya ada liburan. Di pondok saya juga ada liburannya. Bedanya pondok saya libur kalau masuk bulan Robiul Awwal dan bulan Ramadhan. Pokoknya masuk kedua bulan tersebut pondok saya pasti libur.  Antara desa saya dengan pondok memang masih satu kecamatan yakni kecamatan Kadur. Masih satu kabupaten yakni kabupaten Pamekasan. Jarak antara pondok saya dg rumah sekitar 3 desa.  Waktu liburan adalah waktu yang sangat mengasyikkan. Sebab kami pulang bukan dengan kendaraan umum seperti bis dan angkot. Paling maksimal kalau saya kembali ke pondok diantar pakai Sepeda Motor. Selebihnya lebih banyak jalan kaki.  Tentu saja saya tidak sendirian. Tapi bersama-sama de

MONDOK Bag. 9

Berbeda dengan sahabat saya yang lainnya di kampung dimana orang tuanya memiliki harapan yang tinggi kepada anak-anak nya tatkala sekolah atau mondok. Orangtua saya hanya berharap seperti harapan umum kayak kalo mondok itu harus hormat sama kiai dan guru, jangan ngambil barang orang lain atau nyolong. Rata-rata nilai-nilai moral saja yang sering ditekankan setiap ortu saya antar kiriman ke pondok.  Karena tidak ada arahan dan harapan khusus, maka saya tidak punya beban apapun yang harus saya tunaikan kepada kedua orangtua saya. Khusus nya terkait dengan perjalanan mondok. Namun demikian melihat kawan-kawan saya yang pada pinter-pinter dan sering berprestasi, Lama-lama saya juga gerah dan panas. Masak saya tidak bisa berprestasi seperti mereka?  Di sinilah trigger itu saya temukan bahwa dengan segala keterbatasan yang saya miliki yakni orangtua yang tidak mampu secara ekonomi, saya harus berprestasi di pondok ini. Menemukan Passion Awalnya saya senang banget ketika belajar m

MONDOK Bag. 8

Pada tahun kedua ini saya juga sudah mulai naik daun karena saya mampu menghafal kitab imrithy. Salah satu kitab yang dinilai sakral di pesantren salafiyah. Maka pada tahun ini pun saya naik ke kelas 3 MTs dan khusus Diniyah saya naik ke kelas 6 MI.  Di kelas 6 MI saya mulai belajar alfiyah. Kitab ini adalah kitab monumental yang disusun oleh Ibnu Malik yang berasal dari Andalusia atau Spanyol. Berisi sekitar seribu bait lebih yang membahas tentang dasar-dasar dan bahkan rincian ilmu nahwu.  Denger-denger kalau hafal kitab ini akan jadi orang hebat. Walaupun saya juga tidak paham akan hebat gimana maksudnya.  Salah seorang sahabat saya ada yang hafal kitab ini. Ketika kawan saya hafal kitab ini maka seakan-akan kawan saya ini viral kalau istilah sekarang. Jadi idola. Banyak kawan. Dan yang paling seru adalah diidolakan santri putri 😁😁😁 Saya tak ada niat untuk menghafal kitab ini. Secara saya sangat insecure dengan kemampuan diri saya. Hingga suatu ketika ada salah seoran

MONDOK Bag. 7

Kalau pada tulisan bagian 1 sampai 6 berisi tentang kisah dan lika-liku mondok maka tulisan bagian ketujuh ini saya akan coba mengurai sisi pelajaran yang saya dapatkan selama mondok.  Apa yang saya dapat dari mondok?  1. Kemandirian Memang kemandirian yang saya maksud dalam tulisan ini bukanlah kemandirian dalam segala hal. Tapi hanya dalam beberapa hal khusus yang saya baru menyadarinya ketika saya sudah terjun di tengah-tengah masyarakat.  Mandiri yang saya maksud adalah saya bisa dan mampu melakukan banyak pekerjaan sendiri tanpa bantuan orang lain. Utamanya apa yang menjadi kebutuhan pribadi saya sendiri seperti mengurus keperluan sendiri, mengurus pakaian sendiri dengan mencuci, melipat dan merapikan bahkan kalau saat ini juga bisa menyetrika pakaian sendiri.  Mungkin bagi sebagian orang hal ini remeh banget. Tapi tidak bagi saya. Hal-hal ini bagi sangat urgen dan bermanfaat. Saya punya satu falsafah yang sampai saat ini saya pegang teguh yakni "jika kamu ingin j

MONDOK Bag. 6

Hari paling bahagia bagi saya selama mondok adalah hari minggu atau hari ahad. Walaupun hanya setengah hari. Sebab siangnya kami harus tetap masuk madrasah Diniyah. Sedangkan libur untuk madrasah Diniyah adalah hari Jum'at.  Kalau hari ahad saya bersama kawan-kawan pergi ke rumah temen yang punya televisi. Hari ahad adalah hari yang selalu kami tunggu-tunggu karena ada film kartun serial animasi Dragon Ball. Bisa dipastikan saya dan kawan-kawan tidak pernah absen nonton film ini. Bagi kami nonton film ini seakan masuk kurikulum wajib pekanan. Pokoknya wajib nonton. Karna di pondok memang tidak ada televisi dan kegiatan padat merayap.  Pernah suatu ketika bakda isyak. Saat itu sedang ada kajian tafsir bersama Bapak Kiai. Kami belajar kitab ini di beranda rumah beliau. Semua santri ngumpul di sini. Bagian depan santri putra. Bagian belakang santri putri.  Karena saya masih kecil dan santri baru tentu tidak berani melirik santri putri. Apalagi sampai menoleh. Seakan ada te

MONDOK Bag. 5

Sebenarnya masih banyak kepingan ingatan yang ingin saya coba uraikan dalam tulisan ini. Namun ternyata lumayan sulit juga untuk merangkai kepingan ingatan yang terjadinya sejak tahun 1997 lalu. Namun demikian saya akan coba menguraikan nya semampu saya agar pengalaman ini menjadi sebuah pelajaran dan renungan minimal bagi diri saya sendiri.  Pada saat saya duduk di kelas 4 MI, ada beberapa kitab kuning yang saya pelajari. Diantaranya adalah kitab jurmiyyah. Kitab yang mengkaji tentang dasar-dasar ilmu nahwu. Kalau pas MI di kampung saya hanya belajar Nahwul Wadhih. Entah kenapa kitab-kitab ini sangat erat melekat di ingatan saya. Semua kitab nahwu dasar tersebut benar-benar saya ingat namanya walaupun isinya tidak terlalu sempurna ingatannya. Mungkin karena faktor usia yang sudah mulai menua.  Ketika saya naik ke kelas 5 saya mulai belajar kitab Nahwu yang kata guru saya levelnya lebih tinggi dan lebih sulit. Kitab ini berupa sebuah susunan bait syair yang enak dibaca dan

MONDOK Bag. 4

Hampir setahun sudah saya mondok. Tak ada hasil yang saya dapatkan secara signifikan. Mulai rangking. Saat itu masih pakai sistem rangking. Demikian juga dengan hafalan kitab. Bener-bener zonk. Ditambah lagi penyakit rutinan pondok yakni korengan, kudisan, panuan dan sebagainya. Ditambah lagi rasa tidak betah selama di pondok. Mondok ini rasanya bener-bener sebuah siksaan. Tapi gimana lagi ortu saya tidak punya biaya untuk mondok di pondok yang lumayan fasilitasnya.  Memang sudah lama sekali perjalanan mondok ini berlalu. Namun kepingan-kepingan peristiwa seakan melekat erat di ingatan saya. Mulai runititas masak, nyuci, kerja bakti dan sebagainya. Termasuk salah satu yang saya ingat betul adalah tulisan Arab saya yang kayak tulisan dokter. Gak ada yang bisa baca bahkan saya sendiri pun tidak bisa. Bisa dibayangkan penulisnya saja tidak paham. Apalagi orang lain.  Hanya satu yg saya dapatkan pada tahun pertama yakni naik kelas. Lumayan lah buat tahapan pertama. Saya naik ke

MONDOK Bag. 3

Tibalah saya masuk sekolah diniyah. Dengan percaya diri saya langsung menghadap ke ustadz dan saya minta untuk langsung masuk di kelas 5 MI. Karena saya di kampung sudah duduk di kelas 5 MI.  Seorang ustadz yang sudah duduk di meja guru di kelas 5 MI langsung mempersilahkan saya masuk ketika saya sudah mengucapkan salam dan meminta izin untuk masuk ke kelas 5.  Memang unik di pondok saya. Tidak ada tes-tesan. Masuk saja. Maka ketika basa-basi dg ditanya asal saya dan sudah pernah sekolah atau belom. Tiba-tiba beliau ngetes saya untuk mentashrif satu kata yang mana ini benar-benar membuat saya kaget dan malu. Karena saya tidak bisa sama sekali.  Mau gimana lagi. Ya udah. Hari itu saya tetap duduk di kelas 5 MI. Namun keesokan harinya saya pamit ke ustadz tersebut dan saya pun turun ke kelas 4 MI.  Sebenarnya di kelas inipun saya sudah banyak ketinggalan materi dan banyak ilmu baru yang saya tidak tahu. Tapi kalau saya sampai turun lagi ke kelas 3, betapa malunya saya. Maka d

MONDOK Bag. 2

Sebenarnya saya tidak kaget dg mondok ini. Sebab selama saya ngaji di sebuah langgar dekat rumah saya sudah terbiasa bermalam di langgar tersebut. Hanya kebiasaan-kebiasaan kecil dimana saya harus mampu beradaptasi. Salah satunya adalah saya harus bisa masak nasi sendiri.  Tentu saja ini adalah awal yang sulit. Sebab saya tidak pernah masak selama di rumah. Taunya di dapur sudah ada nasi dan lauk yang sudah dimasak dan disiapkan oleh ibu. Ya udah langsung saja makan. Maka pertama kali mondok saya benar-benar bingung gimana caranya masak. Pada saat saya masak nasi di atas kompor minyak. Dulu masih pakai minyak tanah. Nasi saya gosong. Dan bener-bener gosong. Dan itu jadi bahan tertawaan santri senior saya. Tentu saja saya malu sekali.  Karena saya lapar, maka saya tetap harus makan nasi tersebut walaupun gosong. Inilah kisah pertama saya masak nasi gosong. Dan jangan dibayangkan saya makan nasi dg lauk yang enak. Saya makan nasi gosong plus sambel. Istilah sambel bagi orang

MONDOK Bag. 1

Jika saya ingat masa-masa awal mondok rasanya saya tidak ingin mondok. Karena memang tidak pernah terbersit dalam benak saya untuk mondok.  Berawal dari saya nganggur tiap hari karena saya sudah lulus SD duluan. Sedang MI saya masih kelas 5. Tiap hari saya hanya bisa menyaksikan teman-teman saya pergi sekolah. Ada yang sekolah di MTs. Ada juga yang sekolah di SMPN. Rasanya saya tidak punya masa depan seperti kawan-kawan saya yg lainnya.  Denger-denger dari tetangga. Sekolah di MTs itu bagus, keren. Pokoknya saya insecure banget saat itu. Apalagi saya memang nyata-nyata nganggur. Kalo yang sekolah di SMPN katanya akan sukses dan cerah masa depannya. Saya pun tambah minder dan tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi memang orangtua secara ekonomi emang melilit. Hal yang bikin saya senang adalah menyaksikan temen-temen pergi sekolah dan pulang sekolah. Rasanya pengen juga seperti mereka. Memiliki harapan yang cerah di masa depan.  Hanya karena belas kasih seorang guru ngaji yang mem

KEPOMPONG DAN SANTRI

Ada sebuah filosofi menarik dan bermakna dari sebuah kepompong. Kepompong adalah seekor ulat yang "bertapa" agar bisa menjadi kupu-kupu yang indah dan enak dipandang.  Dulu ketika kecil saya suka sekali mencari kepompong. Utamanya kepompong yang besar. Harapannya nanti keluar kupu-kupu raksasa kami menyebutnya.  Ada satu proses penting yang harus dilalui oleh seekor kepompong untuk bisa menjadi kupu-kupu yang indah yakni istiqomah.  Selama melakukan proses pertapaan, kepompong harus melakukan beberapa hal sebagai berikut 1. Berpuasa Selama proses pertapaan, kepompong tidak makan dan minum sama sekali. Setahu saya begitu. Karena dia berada dalam sebuah tempat dimana dia tidak bisa keluar masuk selama proses tersebut. Walaupun mungkin dia bisa saja makan dan minum tapi dengan kadar persediaan yang dia siapkan sebelum bertapa.  2. Diam Selama bertapa kepompong tidak boleh digoyang kesana kemari. Dia harus tetap tenang dalam menjalani proses pertapaan. Jika ada orang

EMPAT ELEMEN SANTRI

Mungkin kita pernah nonton animasi The Legend of Ang. Seorang anak kecil yang memiliki kekuatan luar biasa yakni mampu mengendalikan 4 elemen alam yakni elemen air, elemen tanah, elemen udara dan elemen api. Dan tentu saja Ang adalah tokoh utama atau tokoh protagonis.  Sebelum menguasai keempat elemen alam tersebut terlebih dahulu Ang belajar kepada seorang guru. Katakanlah guru sakti.  Sang guru memberikan sebuah analogi sebuah aliran air yang tersumbat oleh busa. Busa itu dimisalkan seperti dosa dimana dosa juga bisa menyebabkan tertutupnya sisi spiritual seorang manusia. Ketika busa tersebut disingkirkan maka air tersebut mengalir dengan lancar. Demikian juga seorang santri dalam proses menuntut ilmu juga harus melakukan riyadhoh yakni patuh kepada guru dan membersihkan jiwanya dari dosa-dosa agar sisi spiritual bisa memancar dengan bagus.  Memasuki era modern dan era teknologi seperti saat ini, hal seperti ini rasanya sudah menjadi sesuatu yang asing di telinga masyarak

FILOSOFI SANTRI

Filosofi “SANTRI” Huruf  Sin  ( س ) singkatan dari:  Saalikun Ila al-Akhirah . Santri harus menuju pada jalan akhirat. Huruf  Nun  ( ن ) singkatan dari:  Naaibun ‘ani al-Masyayikh . Santri adalah sebagai pengganti para guru (Ulama). Huruf  Ta’  ( ت ) singkatan dari:  Taarikun ‘ani al-Ma’ashi.  Santri harus mampu menjauhkan diri dari kemaksiatan. Huruf  Ro’  ( ر ) singkatan dari:   Rooghibun fi al-Khoirot . Santi harus senang terhadap kebaikan. Huruf  Ya’  ( ي ) singkatan dari:  Yarju as-Salamata fi ad-Diini waddunya wal akhirah . Santri harus selalu mengharapkan (mempunyai harapan menuju) keselamatan di dalam agama, dunia, dan akhirat.

FUTUR

Futur adalah sebuah kata yang biasanya lebih sering didengar di kalangan aktivis pergerakan atau biasanya juga dikaitkan dengan kondisi spiritual atau iman seseorang. Futur di sini maksudnya adalah lagi down atau menurun.  Namun kata ini juga mulai familiar di kalangan santri. Futur yang dimaksud oleh santri adalah lagi lemah semangat utamanya semangat belajar.  Kadang kondisi ini ditandai dengan malas masuk kelas, sakit-sakitan, pengen pulang dan sebagainya.  Sebenarnya kondisi ini wajar. Lagi down bisa terjadi kepada siapapun baik santri ataupun orang lain pada umumnya.  Maka tatkala terjadi kondisi seperti ini, ada hal-hal yang harus direnungkan secara mendalam. Diantaranya  1. Kembali kepada niat awal Setiap orang yang sedang menempuh sebuah proses apapun pastinya punya tujuan yang sejak awal diniatkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan mengingat kembali niatan awal, maka semua proses dan semua langkah menjadi penting adanya. Sekecil apapun proses dan langkah yang d