Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Psikologi

PENDEKATAN PSIKODINAMIKA

Ketiga kata pada judul di atas adalah macam-macam pendekatan terhadap perilaku belajar manusia. Termasuk peserta didik. Dari tadi malam saya mencoba membaca dan memahami ketiga macam pendekatan tersebut.  Mari kita urai dan ulas satu demi satu. Barangkali bermanfaat bagi kita semua khususnya para orangtua dan para pendidik atau guru.  Teori yang pertama : psikodinamika Teori atau pendekatan ini dipopulerkan oleh seorang filsuf ternama yakni Sigmund Freud. Teori ini mengatakan bahwa naluri biologis yang tidak dipelajari (kalau menurut saya yang tidak terbimbing dengan baik dan benar) terutama dorongan seksual dan agresif akan mempengaruhi cara berfikirberfikir,  merasa berperilaku seseorang. Naluri-naluri ini bersemayam di alam bawah sadar manusia.  Alam bawah sadar adalah pusat informasi yang terpendam hasil dari rekaman psikologis anak dari interaksinya dengan lingkungan sekitar. Utamanya hubungannya dengan kedua orangtua.  Freud berpendapat bahwa perilaku manusia adalah h

EMOSIONAL BONDING

Dalam kajian psikologi istilah emosional bonding adalah salah satu tema bahasa yang cukup menjadi perhatian. Pasalnya banyak penyimpangan perilaku yang terjadi di kalangan remaja yang disebabkan oleh masalah ini.  Bagi kalangan akademisi istilah ini sudah menjadi menu rutin. Tapi bagi kalangan awam istilah ini bisa kita sebut dengan ikatan batin. Bonding sendiri bermakna menjalin ikatan. Maka emosional bonding bisa kita istilahkan dengan menjalin ikatan batin baik antara anak dengan orangtua ataupun antara peserta didik dengan guru.  Ada banyak manfaat yang akan didapatkan ketika emosional bonding sudah terjalin erat. Diantaranya adalah 1. Rasa aman dan nyaman Rasa aman dan nyaman tidak mutlak berkaitan hanya dengan faktor materi. Banyak orang yang secara materi tidak berpunya tapi bisa membuat orang lain merasa nyaman. Misalnya menjadi pendengar yang baik.  Tatkala anak sedang menghadapi masalah maka orangtua atau guru hadir mendengarkan masalah atau keluh kesah anak. Dide

ATTACHMENT

Pernahkah kita merenung dan bertanya kenapa antara satu anak dengan anak yang lainnya terjadi perbedaan kedekatan dengan kedua orangtuanya?  Atau semisal antara satu sahabat dengan sahabat lainnya lebih akrab dan nyaman dibanding yang lainnya?  Dalam lingkup anak kecil kedekatan terjadi antara si anak dengan si ibu. Kalau anak perempuan biasanya kedekatannya dengan bapak. Secara emosional kedekatan itu pasti terjalin secara alamiah. Hanya saja bisa rusak dan terluka batinnya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti cacian atau bullying atau membanding-bandingkan dengan saudara yang lainnya yang dilakukan oleh para orang tua atau guru secara tidak sadar atau tidak sengaja.  Pada kalangan remaja akan terjadi kedekatan jika mereka mendapatkan orang yang tepat dan nyaman. Kriterianya sederhana sekali yaitu mau duduk lama-lama dengerin curhatan dan keluh kesah si remaja. Didengar saja mereka akan merasa sangat dihargai apalagi sampai diberikan solusi.  Kedekatan semaca

LIKEBILITAS DAN BANK EMOSI

Pernahkah anda menyapa bawahan atau rekan kerja anda setiap bertemu mereka ? Mungkin pernah. Tapi seberapa sering Anda menyapa mereka tatkala ketemu mereka? Sapaan, pujian adalah energi positif yang harus selalu disebarkan kepada orang-orang di sekitar kita. Sapaan dan pujian akan memberikan dampak positif baik pada diri kita apalagi kepada rekan kerja kita. Dan dampak lebih jauhnya adalah disukai banyak orang. Dari disukai akan meningkat menjadi kepercayaan.  Nah, ini yang mahal. Untuk mencapai kepercayaan ini kita harus disukasi dulu. Dan agar disukai, kita sebarkan emosi positif kepada orang-orang di sekitar kita seperti tanya kabar, memuji dan lain sebagainya. Ketika kepercayaan didapat, maka semua urusan akan lebih mudah. Masa depan akan lebih cerah. Membangun tim building tentu juga akan lebih mudah lagi.  Maka bangun emosi positif pada diri kita. Sebarkan terus menerus. Maka kita akan disukai dan dipercaya. Selamat mencoba 🙏

DENGARKAN BAIK-BAIK

Indera pendengaran adalah indera pertama yang Allah SWT sebut dalam proses penciptaan manusia.  Bukan tanpa alasan. Penyebutan ini merupakan sesuatu yang harus benar-benar diperhatikan oleh kita manusia. Banyak masalah muncul dan timbul karena salah paham. Dan salah paham muncul karena kurang teliti dengan apa yang sedang didengar.  Apalagi jika yang didengar adalah gosip atau rasan-rasan.  Orang yang bijak adalah orang yang tidak mudah percaya dengan apa yang sedang didengarnya. Ada proses Tabayyun atau konfirmasi. Ada proses analisis dan ketelitian untuk mencari kebenaran sebuah informasi atau gosip. Orang yang bijak adalah orang yang tenang ketika mendengar atau menerima gosip. Dicerna dulu. Ditahan dan disimpan. Bukan disebarkan. Mari berlatih untuk mendengar dengan benar. Sebab keselamatan kita juga bergantung dengan hasil pendengaran yang benar. Sebaliknya, kita bisa celaka jika kita salah dengar 

PENGENDALIAN DIRI

Pengendalian diri merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpinan. Sebab pemimpin akan sering menjadi sasaran kritik, teguran bahkan amarah orangtua siswa atau santri. Pengendalian diri erat kaitannya dengan sikap tenang, tidak tergesa-gesa, dan tidak grusa-grusu.  Pengendalian diri erat kaitannya dengan analisis mendalam terkait sebuah persoalan untuk dicarikan sumber masalah dan jalan keluarnya. Pengendalian diri juga erat kaitannya dengan penguasaan diri. Yakni menguasai diri dalam kondisi sedang diserang. Alias tidak terpengaruh oleh faktor eksternal. Kita banyak menyaksikan orang atau masyarakat yang tidak memiliki pengendalian diri. Cara penyelesaian masalahnya rata-rata menggunakan otot dan emosi serta baku hantam. Dalam istilah kerennya dikenal dengan sebutan sumbu pendek alias cepat meledak-ledak. Dan ujung-ujungnya bukan penyelesaian yang didapat tapi kerumitan yang bertambah-tambah. Nah, itu bahayanya. Maka pengendalian diri menjadi pe

TAK CUKUP DENGAN ITU

Mari merenung tentang perjalanan hidup Dulu, kita mengandalkan orangtua kita Kini, mereka semakin menua dan berkurang kekuatan fisiknya. Tak mampu lagi bekerja dan cari nafkah Semua itu tak cukup anakku! Dulu, kita mengandalkan kecerdasan dan kepintaran kita. Namun, dalam perjalannya, kecerdasan dan kepintaran kita jauh tertinggal oleh pendatang baru. Kini, semua itu tak cukup anakku! Dulu, kita mngandalkan kecantikan dan keelokan paras wajah kita. Seiring berjalannya waktu, semua itu mulai usang dan pudar. Kini, semua itu tak cukup anakku! Dulu, kita bergantung dengan ketampanan dan kemachoan kita. Sekarang semua itu kalah saing dengan pendatang baru. Kini, semua itu tak cukup anakku! Bukan itu anakku! Bukan itu yang menjadi titik fokusmu Bukan itu yang menjadi pikiran utamamu Bukan itu yang menjadi kerisauanmu. Bukan Bukan itu semua  Ada hal lain yang lebih dari itu semua Itu adalah ibadahmu Itulah adalah akhlakmu Itu adalah dirimu sendiri