Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pendidikan

SETENGAH MANDIRI

Selepas jam 10 pagi, saya menghadiri undangan rapat di sebuah lembaga pendidikan di kota Madiun. Dan memang hampir setiap hari selalu ada saja undangan rapat baik internal maupun eksternal.  Salah satu problem yang sedang dibahas adalah terkait dengan salah satu tujuan pendidikan yakni mencapai kemandirian. Dan aspek kemandirian ini termasuk salah satu tema yang tak kunjung habis dikaji dan dibahas. Selalu bermunculan problema di kalangan remaja yang erat kaitannya dengan kemandirian. Lebih-lebih di kalangan remaja zaman ini.  Ada dua orang anak yang menjadi pembahasan kali ini dimana keduanya mengalami problem kemandiriannya. Makanya tulisan ini saya kasih judul setengah mandiri.  Dari beberapa penjelasan oleh beberapa guru didapati beberapa ciri yang mengarah pada sikap setengah mandiri alias sudah mandiri tapi belum sempurna. Diantaranya adalah  1. Cari perhatian / caper Sebenarnya bukan hal yang keliru jika seorang anak mencari perhatian kedua orang tuanya ataupun gurun

LIKA-LIKU HIDUP SEORANG ANAK

Andai boleh memilih, mungkin seorang anak akan memilih lahir dari kedua orang tua yang harmonis, rukun, berkecukupan, berpendidikan dan sebagainya. Tapi pokok masalahnya adalah seorang anak tidak bisa menentukan  pilihannya sendiri dalam kehidupan ini. Mulai dimana dia akan dilahirkan, mau weton dan pasaran apa dia akan dilahirkan, dari orangtua seperti apa dia akan hidup bersama dan sebagainya.  Itulah takdir. Saya istilahkan takdir. Karena memang dalam kehidupan ini banyak sekali hal yang berada di luar kendali diri kita. Seperti hal-hal yang saya sebutkan di atas. Sehingga dalam perjalanannya, seorang anak memang harus merasakan berbagai macam variasi emosi dan perasaan. Terkadang dia bahagia ketika dia ngobrol dengan kedua orang tuanya dan orangtuanya merespon dengan baik. Dan terkadang dia kecewa karena sudah berbicara dengan serius, namun tak direspon dengan baik oleh kedua orang tuanya. Dari sini saja seorang anak sudah mulai merasakan emosi yang berbeda dari respon

TANTANGAN PENDIDIKAN MASA KINI

1. Pendidikan itu posisinya sama dengan kesehatan. Kalau kita butuh sehat, maka kita juga butuh pendidikan.  2. Pendidikan juga sama dengan aspek-aspek mendasar dalam kehidupan seperti air, uang, dan lainnya.  3. Tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab semua. Maka kita mengenal istilah trilogi pendidikan yakni pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non formal 4. Tantangan pendidikan saat ini beda dengan pendidikan masa dahulu. Dahulu tidak ada Smartphone. Sekarang sudah masif. Bahkan anak kecil pun sudah pegang HP.  5. Usia dini adalah usia krusial. Penanaman karakter positif itu dimulai dari usia nol sampai remaja.  6. Lingkungan adalah unsur yang bisa membentuk karakter anak. Maka ada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.  7. Maka perlu menyiapkan satu kondisi yang bisa membentuk karakter anak-anak kita.  8. 

KONSEP HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM Bag. 2

Menjadi guru bukanlah tugas dan pekerjaan ringan. Guru bukan semata memintarkan anak. Sebab jika hanya ini pekerjaan guru, maka banyak sekali hal-hal dalam kehidupan ini yang bisa bikin pinter anak-anak kita. Guru bukan semata bikin anak-anak berprestasi. Sebab kondisi yang ada bukan hanya semata pembelajaran di kelas. Berbagai macam perilaku dan sikap akan ditemui dalam proses pendidikan setiap anak.  Terkadang guru mendapati seorang anak yang taat, disuruh apapun manut dan nurut. Diminta mengerjakan ini itu langsung dikerjakan. Tipe anak seperti ini banyak kita temui. Tipe yang kedua ada anak yang pura-pura nurut dan patuh dan tetap melaksanakan tugas walaupun terpaksa. Kedua tipe ini masih bagus. Seorang guru tidak terlalu banyak butuh energi pikir dan perasaan dalam mendidik anak dengan 2 tipe ini. Hanya perlu waspada dengan tipe kedua. Ada tipe yang ketiga dimana anak tidak nurut. Malah melanggar disiplin seperti tidak melaksanakan tugas dan sebagainya. Maka mendapati

PENYAKIT KEPRIBADIAN PADA MASA KANAK-KANAK

Ada beberapa penyakit kepribadian yang umumnya terjadi pada anak.  1. Fanatik kelompok dan cara penanganannya 2. Rasa takut dan cara penanganannya 3. Pelit dan cara penanganannya 4. Permusuhan dan cara penanganannya 5. Ngompol dan cara penanganannya 6. Salah ucap dan cara penanganannya

ISTIMEWA DAN UNIKNYA MASA KANAK-KANAK

Bagi kita yang pernah memiliki anak kecil pastilah tahu dan paham betul bagaimana perilaku anak-anak kita saat itu yang kadang bikin emosi, tertawa karena lucu, dan berbagai macam respon yang kita tunjukkan terhadap aneka perilaku mereka. Dan ketika mereka semua sudah dewasa ternyata masa-masa itulah yang sangat kita rindukan. Keusilan, kemucilan, kenakalan dan lainnya, semua itu jadi kenangan yang sulit dilupakan.  Pada tulisan sebelumnya sudah kami ulas term atau istilah kanak-kanak. Masa ini adalah masa mulai ia lahir sampai mumayyiz atau bisa membedakan sesuatu dengan benar. Masa atau periode ini dalam istilah Arabnya disebut الطفل dengan bentuk jamaknya الأطفال yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia menjadi kanak-kanak. Ada juga sebuah istilah dalam bahasa Arab yakni الطفولة yakni periode kanak-kanak. Dan point penting yang harus menjadi stressing bagi kita para orang tua dan para guru adalah pada periode ini. Sebab periode ini adalah periode yang sangat penting

MENTAL DAN MENTALITAS

Sebagai orang tua atau guru kata mental dan mentalitas adalah sesuatu yang sudah sering kita dengar. Salah satu pernyataan yang mungkin pernah kita dengar adalah "jangan rusak mental anak dengan membandingkannya dengan anak yang lain". Contoh lainnya "dia memiliki mental petarung.  Lebih-lebih dalam kajian ilmu psikologi dimana istilah mental menjadi salah satu pembahasan tersendiri di dalamnya. Namun terkadang kita hanya mendengar dan menirukan istilah tersebut tanpa tahu hakikat mental dan mentalitas. Oleh karena itu, pada tulisan kali ini kami akan coba ulas pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan kedua istilah tersebut.  Pengertian mental Menurut KBBI, kata mental berhubungan dengan batin dan watak manusia,  yang bukan bersifat badan dan tenaga.  Sedangkan menurut kamus Merriam Webster, kata mental diartikan sebagai respon emosional dan intelektual seseorang terhadap realitas eksternal.  Kata mental juga bermakna sesuatu yang dialami dan terjadi dala

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DI BULAN RAJAB

Hari ini kita sudah berada di tanggal 13 Rajab 1445 Hijriyah. Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki bulan Sya'ban dan insha Allah kita akan bertemu dengan bulan Suci Ramadhan.  Bulan Rajab adalah bulan agung. Yakni salah satu bulan Haram منها أربعة حرم. Bulan haram sendiri ada 4 bulan. Tiga berturut-turut dan satu menyendiri. Yang berturut-turut adalah bulan DzulQoidah, Bulan Dzulhijjah dan Bulan Muharram. Sedangkan yang menyendiri adalah bulan Rajab.  Bulan Rajab adalah bulan persiapan yakni persiapan memasuki bulan Ramadhan.  Bulan Rajab adalah bulan warming up atau pemanasan sebelum masuk ke arena pertandingan.  Bulan Rajab adalah bulan latihan sebelum tanggang ke gelanggang.  Lantas nilai pendidikan apa yang perlu dipersiapkan dan dilatih dan dipanaskan di bulan Rajab ini?  Maka ada beberapa nilai yang bisa kita lakukan sebagai persiapan dan latihan serta warming up di bulan Rajab ini. Diantaranya  1. Persiapan mental spiritual Merujuk pada peristiwa penting

SEBAB-SEBAB PENYIMPANGAN PADA ANAK

Sebagai orangtua tentu sangat wajar jika kita berharap anak-anak kita tumbuh dengan sehat, menjadi anak yang sukses, bahagia dan juga berbakti kepada kedua orang tuanya. Termasuk berbagai macam harapan positif lainnya yang tertuang dalam impian dan munajat para orang tua.  Namun harapan dan impian tak selamanya selaras dengan kenyataan yang kita temui. Kita dapati anak yang susah diatur, susah dibilangin, atau susah menerima nasehat dan teguran, malas belajar dan lainnya. Namun sebelum para orang tua buru-buru menuduh bahwa anaklah penyebab itu semua, ada baiknya para orang tua untuk bermuhasabah, evaluasi diri. Barangkali faktor penyebabnya ada diri kita semua yang mana selama ini kita belom menyadarinya karena tertutup oleh patron atau pemahaman yang salah bahwa orang tua selalu benar dan anak selalu salah.  Coba kita renungkan beberapa faktor berikut. Jangan-jangan faktor-faktor itu ada pada diri kita. Dan kalau ada pada diri kita, mari kita benahi dan perbaiki diri. Bel

KONSEP HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM Bag. 1

Sejatinya, pendidikan itu bertujuan untuk melahirkan generasi bangsa yang beriman, bertakwa, berkarakter, cerdas dan memiliki keterampilan sebagai bekal hidup di tengah-tengah masyarakat. Namun kenyataannya proses untuk melahirkan dan mencapai tujuan tersebut tidaklah seindah rumusan tujuan tersebut.  Mari kita ingat-ingat kembali beberapa peristiwa yang terjadi di lingkungan pendidikan. Dan sepertinya peristiwa akan terus bermunculan dimana kita sebagai orang tua atau guru harus sama-sama memikirkan solusi-solusi yang bisa menjadi penyelesai bagi masalah- masalah pendidikan yang terjadi saat ini.  Sejauh ingatan saya ada beberapa kejadian di lingkungan pendidikan yang sempat mencuat di media sosial atau viral. Diantaranya 1. Di Lombok ada seorang guru agama yang menghukum muridnya karena tidak mau sholat. Namun orangtua si anak tidak terima dan menyeret pak Guru ke jalur hukum. Menurut info terakhir yang sempat saya rekam di ingatan pak Guru itu ditahan dan harus bayar den

PENDIDIKAN FASE MUROHAQAH

Sebagaimana sudah diulas pada tulisan sebelumnya bahwa fase murohiq adalah fase mendekati masa baligh. Fase ini dianggap sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Fase ini disebut mulai tumbuh sejak usia 6 sampai 11 tahun. Dan akan berakhir ketika memasuki usia 21 tahun. Berkaitan dengan istilah ini para ulama menyebutkan bahwa ada istilah lain yang semisal yakni balihg dan usia taklif.  Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh para orang tua ketika putra dan putrinya memasuki fase ini yakni  1. Memberikan pendidikan moral  2. Mulai menghafal al Quran 3. Mengajarkan sholat pada usia 7 tahun 4. Memisah tempat tidur mereka pada usia 10 tahun 5. Memilihkan teman yang baik 6. 

ANAK ADALAH KESEMPATAN KEDUA BAGI ORANGTUA

Setiap kita para orangtua mungkin sebagiannya sudah meraih capaian-capain terbaik dalam kehidupannya. Ada yang sudah meraih pekerjaan yang diharapkan, ada yang sudah meraih rumah dan mobil impian dan hal-hal lain yang menjadi impian dan harapan selama hidupnya.  Namun demikian, tidak semua hal bisa diraih dan diwujudkan dalam kehidupan mereka. Seideal dan sesempurna apapun capaian orang tua tetap saja ada yang terlewat dan belom dicapainya. Tentu saja banyak faktor yang melatarbelakanginya. Ada yang karena faktor ekonomi, faktor kesempatan, faktor keadaan dan lain sebagainya.  Salah satu contohnya adalah pekerjaan. Mungkin  ada orang tua yang menginginkan pekerjaan tertentu dengan kriteria tertentu yang ingin dimiliki tapi tidak mampu diwujudkan saat itu yang hal itu disebabkan oleh kesempatan yang belom ada atau kondisi ekonomi yang kurang mendukung saat itu.  Pun demikian juga terkait pendidikan. Orang tua kita dahulu tidak mengenyam pendidikan seperti kita saat ini. Dahu

DAMPAK KESHOLEHAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

Anak keturunan yang sholeh dan sholehah adalah dambaan dan harapan semua orang tua. Orang tua yang memahami keberadaan anak sebagai sebuah amanah yang Allah titipkan kepada mereka pasti akan berusaha keras untuk mengantarkan dan mendidik putra putrinya agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Berbagai macam upaya dilakukan agar tujuan tersebut terwujud baik dengan memilihkan lembaga pendidikan yang baik berupa sekolah atau madrasah atau pondok pesantren. Namun dari sekian banyak upaya yang dilakukan salah satu faktor penentu atau modal utamanya adalah kesholehan kedua orang tuanya.  Ada satu ungkapan yang menyatakan bahwa pendidikan terbaik adalah keluarga. Kenapa demikian? Karena peletak nilai-nilai dasar pendidikan adalah keluarga. Dan kalau berbicara keluarga maka yang dimaksud adalah bapak, ibu, atau bahkan jika juga harus disebut adalah kakek, nenek, paman dan bibi. Merekalah orang terdekat yang banyak berinteraksi dengan anak ketika masih kecil.  Masa kanak-kanak a

JANGAN MARAHIN ANAK DI KONDISI INI

Sebagai manusia biasa, terkadang seorang Bapak atau ibu juga tak luput dari kesalahan dan kekeliruan. Salah satunya bisa marah, bisa emosi dan dongkol. Kondisi atau perilaku itu bisa karena situasi dan kondisi mental yang lagi lelah dan capek atau memang karena watak dan bawaannya yakni suka marah-marah.  Tentu saja marah memiliki sisi positif dan negatif. Namun yang paling sering kita dengar adalah sisi negatifnya. Terlebih ketika marah itu diarahkan  kepada anak di waktu dan tempat yang tidak tepat, maka dampaknya akan sangat buruk bagi tumbuh kembang anak.  Sebagai orang tua yang memiliki harapan dan impian anaknya menjadi anak yang sukses adalah hal wajar jika mendapati anaknya berperilaku yang tidak sesuai dengan harapan bapak ibunya. Dan biasanya akan menegur dan menasehati bahkan memarahi anaknya jika sudah berlebihan atau keterlaluan.  Ada beberapa kondisi dan situasi dimana kita para orang tua dilarang memarahi anak-anak. Diantaranya adalah  1. Menjelang tidur mala

SHOLEH ITU MAHAL

Saya yakin kita semua sudah sangat akrab dengan kata sholeh dan sholehah. Kata ini sering kita dengar tatkala kita menjenguk saudara atau tetangga yang dikaruniai anak yang kemudian kita susulkan dengan doa menjelang kepulangan kita dari rumahnya dengan ungkapan dan doa "semoga jadi anak sholeh atau sholehah ya". Dan masih banyak lagi ungkapan yang menunjukkan pada kondisi-kondisi kebaikan seorang anak.  Namun ada satu hal yang jarang dipikirkan dan direnungkan oleh diri kita atau masyarakat kita bahwa sholeh dan sholehah itu mahal. Baik nilainya maupun biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai level kesholehan tertentu. Apalagi proses untuk melahirkan kesholehan, betapa banyak diantara kita bahkan mungkin diri saya sendiri yang jungkir balik membangun kesholehan itu sendiri. Dan betapa sulitnya membangun istiqomah pada diri kita sendiri. Lebih-lebih kepada orang lain, anak kita, santri-santri kita.  Barangkali perlu sekali atau bahkan mungkin wajib bagi kita ya

HADIAH TERBAIK ORANG TUA KEPADA ANAK

Oleh: Amir Abdullah Sebagai orang tua tentu saja kita sering memberikan sesuatu kepada anak-anak kita. Utamanya yang berkaitan dengan kebutuhan dasar atau primer anak-anak berupa sandang, pangan, papan, dan pendidikan. Walaupun tidak semua pemberian disebut dengan hadiah. Lantas pemberian seperti apa yang masuk dalam kategori pemberian terbaik?  Dua macam pemberian orang tua kepada anak 1. Materi  Salah satu yang sering diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Dan inilah pemberian yang paling nampak dan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung. Seperti makan dan minum yang keduanya langsung memunculkan rasa kenyang dan hilangnya dahaga. Termasuk di dalamnya adalah sandang atau pakaian yang juga langsung bisa terlihat berupa tertutupnya aurat atau badan seseorang.  Pemberian berupa materi bisa dikategorikan menjadi dua yakni  a. Primer  Pemberian Primer adalah pemberian yang berhubungan dengan kebutuhan dasar anak seperti makan dan minum serta tempat tinggal. Termasuk pem

JANGAN BANDINGKAN ANAK DENGAN ANAK LAIN

Oleh: Amir Abdullah Semua orang tua pasti berharap dan berdoa agar anaknya sukses ketika mereka sudah dewasa nanti. Baik orang tua yang tergolong the have maupun orang tua yang tergolong biasa saja. Keduanya menginginkan anaknya sukses nantinya. Maka wajar jika orang tua berjuang, bekerja tak kenal lelah, siang malam cari uang, semuanya untuk kesuksesan anaknya nanti.  Namun terkadang niatan baik tak selalu beriringan dengan kenyataan yang diharapkan. Dari sisi orang tua sudah melakukan upaya-upaya namun dari sisi anak belom menunjukkan tanda-tanda bahwa si anak akan sukses. Maka menyikapi kondisi tersebut tentu saja ada orang tua yang sabar. Namun ada juga yang emosi dan meluapkan kata-kata yang justru berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.  Hal yang biasa kita temukan di sekitar kita bahkan mungkin pada diri kita sebagai orang tua adalah melakukan pembandingan anak kita dengan anak orang lain. Biasanya pembandingan ini pada hal yang sifatnya berupa prestasi. Si A berpr

DOA SPESIAL UNTUK ANAK

Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan hadirnya buah hati dalam keluarga mereka. Sebab memang itulah salah satu tujuan dari pernikahan yakni memiliki keturunan sebagai pelanjut kedua orang tuanya.  Ada pasangan suami istri yang langsung Allah berikan dan dimudahkan memiliki keturunan. Ada juga yang menunggu cukup lama dan akhirnya Allah karuniakan keturunan. Ada juga yang tak kunjung diberi keturunan bahkan dengan segala macam usaha yang diupayakan untuk hadirnya buah hati.  Hal itu menunjukkan bahwa Allah lah yang Maha pemberi. Manusia hanya bisa berusaha. Sehingga keluarga yang sudah dikaruniai anak maka bersyukur adalah sikap yang paling tepat dan mendidiknya dengan baik dan benar.  Sedangkan bagi yang masih menunggu dengan semua macam usahanya, maka sikap yang paling tepat adalah bersabar dan terus berusaha hingga Allah memberikan keputusan terbaiknya.  Anak adalah titipan atau amanah yang Allah berikan kepada kita. Sebagai orang tua kita memiliki tanggungjawab y

KETERPUTUSAN NILAI PENDIDIKAN

Mengurai keterputusan nilai pendidikan 1. Dimulai dari basmalah Haqqul yaqin semua orang tua pasti berharap memiliki anak yang sholeh dan sholehah. Makanya sejak masa-masa taaruf seorang calon suami sudah memilih dan memilah calon istri yang akan menjadi pendamping hidupnya.  Pun demikian dengan calon istri juga sudah menetapkan kriteria calon suami yang akan mendampinginya selama hidup nantinya.  Setelah ketemu calonnya masing-masing, maka langkah selanjutnya adalah lamaran yang kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan. Proses-proses di dalamnya penuh dengan nilai-nilai agama seperti akad nikah, walimahan, syukuran dan sebagainya.  Setelah itu dilanjutkan dengan ibadah suami istri yang lebih dikenal dengan istilah malam dzafaf atau malam perpaduan antara suami istri yang juga dilandasi dengan nilai-nilai agama seperti berdoa sebelum beribadah.  Kehamilan yang diharap pun terwujud. Fase-fase kehamilan ini diikuti dengan berbagai ungkapan kesyukuran mulai istilah tingke

MENDIDIK BUKAN MENDADAK

Sebuah VT  muncul di beranda Media sosial yang lagi naik daun yang bersumber dari akun atau chanel belajar ilmu psikologi. Dalam VT tersebut dijelaskan bahwa mendidik bukan mendadak. Ungkapan ini menyadarkan lamunan saya pribadi sebagai seorang guru. Betapa sesungguhnya proses pendidikan memang butuh waktu yang lama seperti yang selama ini saya dengar dari guru-guru saya.  Bahwa ada dua bekal penting dalam menuntut ilmu yakni sabar. Sabar melihat proses anak belajar. Sabar melihat kesalahan yang dilakukan anak-anak kita. Sabar dalam mencontohkan dan menjelaskan ilmu kepada anak-anak. Sabar mendengar curhatan, komplain dan semuanya dari anak-anak. Ya sabar adalah sebuah kata yang mudah diucapkan tapi berat mempraktekannya. Tapi itu sudah konsekuensi baik sebagai orang tua, guru, maupun masyarakat dewasa yang dilihat dan dicontoh oleh anak-anak.  Yang kedua adalah lama masanya. Unsur yang ini dan sabar adalah dua hal yang saling berkaitan antara satu dgn lainnya. Sabar memang