Selepas jam 10 pagi, saya menghadiri undangan rapat di sebuah lembaga pendidikan di kota Madiun. Dan memang hampir setiap hari selalu ada saja undangan rapat baik internal maupun eksternal.
Salah satu problem yang sedang dibahas adalah terkait dengan salah satu tujuan pendidikan yakni mencapai kemandirian. Dan aspek kemandirian ini termasuk salah satu tema yang tak kunjung habis dikaji dan dibahas. Selalu bermunculan problema di kalangan remaja yang erat kaitannya dengan kemandirian. Lebih-lebih di kalangan remaja zaman ini.
Ada dua orang anak yang menjadi pembahasan kali ini dimana keduanya mengalami problem kemandiriannya. Makanya tulisan ini saya kasih judul setengah mandiri.
Dari beberapa penjelasan oleh beberapa guru didapati beberapa ciri yang mengarah pada sikap setengah mandiri alias sudah mandiri tapi belum sempurna. Diantaranya adalah
1. Cari perhatian / caper
Sebenarnya bukan hal yang keliru jika seorang anak mencari perhatian kedua orang tuanya ataupun gurunya. Itu adalah hal yang wajar jika dilakukan sekali dua kali.
Masalahnya adalah intensitas capernya sudah berlebihan dan keterlaluan. Ibaratnya begini, semua perhatian harus diarahkan dan difokuskan pada si anak. Ini masalah. Tentu saja tugas guru bukan hanya memberikan perhatian pada satu anak dimana hal ini akan menimbulkan rasa iri pada anak-anak yang lain. Sebab anak-anak yang lai juga membutuhkan perhatian.
2. Suka memotong pembicaraan
Sikap seperti ini termasuk sikap kurang etis atau kurang sopan. Dalam sebuah pembicaraan dengan siapapun tidak sopan jika seseorang suka memotong pembicaraan. Terlebih kepada orang yang lebih tua seperti kedua orang tua ataupun guru.
Yang kedua ini termasuk setengah mandiri. Sebab si anak sudah berani bicara tapi belum mampu mengontrol emosinya sehingga orang lain jadi terganggu dan tidak nyaman dengan selaan semacam itu.
3. Menggunakan barang milik orang lain tanpa ijin.
Ini juga merupakan sikap setengah mandiri. Atau bahkan bisa dikatakan ghashab dalam istilah fikihnya. Ghashab sendiri kadang disebut dengan istilah setengah mencuri.
Seorang anak yang belum mampu membedakan mana barang miliknya dan milik orang lain ini bermasalah secara kemandirian, khususnya terkait dengan hal milik orang lain.
Dan bisa jadi masih banyak sikap-sikap setengah mandiri yang bisa kita temui dalam interaksi kita dengan anak-anak atau murid-murid kita.
Lantas apa solusinya?
Berbicara pendidikan kemandirian memang tidak ada yang instan atau bisa dengan cepat mengubahnya. Yang jelas butuh waktu dan dukungan yang kuat, khususnya dari kedua orang tua dan guru.
Namun demikian, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk membangun kemandirian anak secara utuh. Diantaranya
1. Memberi amanah atau tugas
Sebagai orang tua atau guru kita sering melakukan teknik ini yakni seorang anak diberi amanah tertentu selama waktu tertentu sampai kita melihat hasil dari pelaksanaan tugas tersebut.
Di sini orang tua atau guru memang harus sabar, sebab untuk melihat perubahan karakter seseorang memang butuh waktu yang cukup lama. Tidak bisa simsalabim.
2. Menjadi pendengar yang sabar
Komentar