Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Fiksi

AKU BENCI AYAHKU

Saat ini Amir sudah menjadi pimpinan sebuah lembaga pendidikan Islam di Kota Madiun Jawa Timur. Baginya ini merupakan sebuah amanah yang sangat berat sekali. Sebab dia merasa tidak punya kemampuan dan masih tergolong pendatang baru.  Dalam sebuah kesempatan habis jadi imam sholat shubuh, amir mengangkat tangan dan berdoa 

USTADZ, KENAPA RAJIN?

Pada suatu hari, saya datang agak pagi ke Kampus Jiwan. Kampus Darul Madinah 2 yang terletak di kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.  Sebenarnya tidak juga terlalu pagi. Karena setelah saya cek jam di HP ternyata saya terlambat 10 menitan.  Setelah naruh tas di ruang guru dan mengambil kitab, saya pun segera bergegas ke kelas XI Agama di lantai 2. Seperti biasa, saya berjalan agak cepat. Dan tiba-tiba seorang santri menyapa saya Ustadz, kenapa rajin? Tanya Harsika Mayang Saya hanya membalas dengan senyum seraya tetap berjalan agak cepat.  Sesampainya di kelas, ternyata santri kelas XI Agama belom datang semua. Sambil menunggu santri yang belom datang, saya tulis cerita ini dimana pada saat yang sama para santri satu persatu berdatangan dan masuk ke kelas.  Di kelas ini saya mengampu mapel ilmu hadits dengan kitab kuning yang berjudul taysir mushtolahul hadits. Mapel ini terbilang cukup berat dan menantang. Namun pembelajaran tetap saya usahakan menyenangkan dengan

AIR MATA CINTA

SEBUAH PERMULAAN Fira panggilannya. Seorang santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.  "Fir, terdengar suara panggilan dari balik pintu kamar.  " Ya Bunda. Sahut Fira seraya bergegas bukakan pintu untuk Bunda.  "Kamu lagi sibuk gak Nduk? Tanya Bunda sama Fira.  " Mboten Bunda" Sahut Fira dengan lembut.  "Kalo gitu, Bunda mau minta tolong ya. Kira-kira bisa nggak? Tanya Bunda lagi.  " Insha Allah Bunda. Kalo Fira mampu, Insha Allah Fira akan bantu. Jawab Fira "Emang mau minta tolong apaan sih Bunda?  Tanya Fira pemasaran.  "Ini. Kan kemaren Bunda arisan di rumah bu Atikah. Trus, tas Bunda ketinggalan di sana. Fira bisa ambilkan tas Bunda di rumah bu Atikah nggak? Pintar Bunda.  " Oalah. Tak kira apa Bunda. Kalau hanya itu, Fira bisa kok Bunda. Jawab Fira menyanggupi.  "Kalo gitu, Fira ambil sekarang aja Bunda. Tambah Fira.  " Ya, boleh. Tapi hati-hati di jalan ya Nduk. Sang Bunda mewanti-wanti Fira.  "Ya Bunda. Fira

KAMBING KURBAN

Yang cari kambing kurban, kenali ciri2nya yang bagus ya....  🙈 Di deket pasar Parung ada penjual kambing  korban yang lagi promosi dagangannya pake TOA... Penjual kambing: *"Bapak dan Ibu, ini kambing bandot dari jawa sangat kuat, sehari bisa 5 kali kawin dengan kambing betina"...* Si Ibu diam2 nyubit suaminya : *"Tuh.. Pak, 5 kali sehari, bapak bisa nggak...?"* Terus lanjut penjual kambing...  *"Bapak dan Ibu, ini kambing bandot garut lebih kuat lagi, sehari bisa 10 Kali"* Si Ibu nyubit lagi suaminya : *"Tuh..pak, hanya makan rumput aja bisa 10x bayangin .....!!!"* Si Bapak jadi panas lalu tanya kepada penjual kambing,  *"Bang!!... itu 10 kali dengan betina yang sama apa enggak...?"* Penjual kambing  *"Ya... beda-beda dong Pak"* Si Bapak: "Tuh... Bu, betinanya beda-beda......... kalo betina nya ganti2 bapak juga kuat aja..." 🤣🤣🤣

THE END OF THE JOURNEY

Menjalani sebuah pekerjaan atau amanah kadang mudah dan kadang sulit. Ketika mudah, memang terasa biasa-biasa saja. Berjalan normal. Ibarat kerja kantoran, datang pagi dan pulang siang atau sore. Rutinitas setiap hari seperti itu.  Terkadang kita mendapati sebuah pekerjaan yang penuh resiko dan problem. Dalam kondisi seperti ini, andrenaline mengalir deras sehingga keringat bercucuran, tegang, dan nafas mulai terengah-engah. Bahkan makan jadi tidak enak. Tidur juga tidak enak. Semuanya jadi tidak enak. Hal seperti ini pernah saya alamai. Ini adalah sebuah konsekwensi dari sebuah pekerjaan atau amanah. 

MENUNGGU

Rasanya semua orang pengen segala urusan yang ditanganinya berjalan cepat dan tuntas. Dan sebaliknya semua tidak mau dan tidak suka jika tugas atau masalah yang dihadapinya tak kunjung selesai dan menemukan solusi. Bisa dibayangka jika kita menghadapi sebuah masalah yang tak kunjung selesai penanganannya. Pastinya kita stres, susah tidur, tidak selera makan dan segala hal yang tidak enak baik di pikiran maupun di badan. Termasuk yang tidak nyaman di sini adalah menunggu. Saat ini saya sedang menunggu antrian di sebuah bank untuk sebuah urusan madrasah. Betek, bosen apalagi ini pas bulan puasa, nomor antrian saya tak kunjung dipanggil 

HATI YANG GELISAH

Nasib. Mungkin ini bisa disebut nasib. Berjauhan bersama keluarga kadang memupuk rasa rindu karena jarang bertemu. Tapi kadang was-was tak menentu. Pikiran kacau. Perasaan tak menentu.  Kadang saya coba mencari siapa yang salah dalam hubungan ini. Selama ini, saya sudah mencoba mengalah dengan keadaan yang mengiringi perjalanan hidup ini.  Pernah hati ini terluka. Dan sampai saat ini belum bisa sepenuhnya terobati. Benar-benar susah untuk melupakan peristiwa kelam yang pernah terjadi di masa lalu. Bayangan-bayangan masa lalu itu terus menghantui perasaan ini. Bahkan sampai pada kondisi hilang kepercayaan. Entah siapa yang harus disalahkan atau biarlah peristiwa itu menjadi catatan kelam perjalanan hidup saya. Kadang juga terbersit di benak ini apakah dia menyadari dan mengetahui perasaan ini. Saya pun benar-benar dibuat bingung sendiri. Hari demi hari, malam demi malam, peristiwa itu benar-benar menyiksa mimpi-mimpi. Apakah itu akan terjadi lagi? Entahlah. Hanya waktu yang akan menjawa

SENANDUNG HUJAN

Dua hari berturut-turut, tepatnya Sabtu dan ahad saya mengikuti sebuah rapat kerja di salah satu kota di Jawa Timur.  Selepas ashar, seperti biasa saya ambil jatah libur untuk pulang ke Lamongan. Kabupaten dimana saya dan keluarga kecil saya tinggal.  Sore ini, saya coba kebut motor Vario saya agar saya tidak kemalaman. Namun sesampainya di Caruban, mendung sudah mulai menyapa. Saya pun mulai was-was. Kayaknya sebentar lagi akan turun hujan.  Bener saja, selepas Caruban hujan mulai turun. Saya pun pakai mantel. Hujan mulai deras. Pandangan mulai kabur. Saya pun tidak bisa ngebut. Dengan terpaksa, saya jalan pelan-pelan.  Maksud hati, ingin segera bertemu keluarga kecil saya yang pastinya sudah tahu saya akan pulang dan saya pun sudah memendam rindu yang membuncah ingin bertemu dan bermain bersama mereka. Ya anak-anak dan istri tercinta.  Namun, ternyata sampai Nganjuk, hujan juga belom menunjukkan akan mereda. Dengan terpaksa, saya pun berhenti di sebuah warung sambil memes

RINDU YANG TERTUNDA

Setiap akhir pekan kugeber motorku dari Kota Madiun menuju Lamongan. Itulah rutinitas yang kulalui setiap pekan jika tidak ada tugas tambahan. Pulang dan berkumpul bersama keluarga kecilku. Sore ini terlihat cukup cerah. Aku pun bersiap diri untuk pulang ke Lamongan. Sambil memasukkan beberapa perlengkapan pulang, tetiba hujan turun. Aku hanya bisa pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa. Mau marah, tak tahu marah ke siapa. Mau mengumpat,. Ngumpat ke siapa? Aku hanya terduduk dan terdiam sambil berharap hujan reda.  Padahal bayang-bayang sang kekasih sudah menari-nari di ujung mata. Senyum merekah bahagia sudah siap menyambutku pulang. Tapi itu hanya bayang-bayang. Hujan pun semakin deras. Harapanku makin pupus. Akankah rindu ini tertunda ? Sungguh menyiksa. Padahal obat rindu adalah bertemu. Bertemu Sang kekasih pujaan hati.

PUISI TENTANG RINDU

Apakah rindu itu? Kita membayangkan rindu itu adalah Ingin bertemu dengan kekasih Kita membayangkan Rindu itu adalah  Ingin bertemu dengan kedua orangtua Kita membayangkan Rindu itu adalah Ingin berkumpul bersama keluarga Kita membayangkan Rindu itu adalah Ingin berkumpul bersama kawan-kawan Kita membayangkan Rindu itu adalah  ingin bertemu sang pujaan hati Rindu itu kau sebut dengan kangen Rindu itu kau sebut berat Rindu itu kau sebut menyiksa Rindu itu kau sebut menyayat hati Kaulah obat rinduku kawan Kaulah obat rinduku sahabat Kaulah obat rinduku ayah Kaulah obat rinduku ibu Kaulah obat rinduku duhai istri terkasih Kaulah obat rinduku wahai anak-anakku Semoga rindu ini terobati dengan bertemu 😀 (Puisi ini dibuat di warung tahu Tek pinggir jalan)

THE SANTRI

Santri Dahulu orang lebih mengenalnya dengan kriteria yang negatif. Santri itu kumuh. Santri itu jorok. Santri itu awut-awutan. Santri Dahulu dikenal hanya sebatas pembelajar dan pengkaji agama dan ilmu akhirat. Santri  Dahulu hanya dilihat sebelah mata saja. Karena tidak bisa bersaing di tengah-tengah masyarakat. Paling banter hanya jadi imam sholat, guru ngaji, tukang doa. Masa depan suram. Sekarang ? Santri  Sekarang santri menjadi idola karena bersih, rapi dan harum. Kemana-mana tampil memukau, mempesona dan mengagumkan. Itu semua karena akhlaknya, Budi pekertinya, dan tutur katanya yang halus dan sopan. Santri Sekarang sudah complet. Dia pembelajar ilmu dunia dan ilmu akhirat. Dua-duanya dikuasai dengan baik.  Santri Sekarang sudah mampu bersaing. Bisa masuk PTN. Bisa kuliah jurusan eksakta. Bisa komputer dan internet. Punya banyak keahlian dan keterampilan. Kompetitif sekali. Santri Sekarang Banyak yang ingin ngambil jadi mantu. Sudah Sholeh dan sholehah,

MENUNGGU SANG PUJAAN HATI

Rintik-rintik hujan menemani Maghrib yang terus melaju menuju Isyak. Lalu lalang para pekerja kembali ke rumah masing-masing sembari berharap berkumpul bersama keluarga. Kendaraan terus dipacu sembari berharap hujan tak sampai menghalangi sebuah perjumpaan.  Sembari menunggu pujaan hati pulang, sang istri menutup jendela dan tirai dan mengajak anak-anak untuk segera masuk ke dalam rumah. Bersegera mandi dan mnunaikan sholat. Sang pujaan hati tak kunjung tiba. Hati mulai was-was. Mencoba mengintip langit dari balik tirai sambil berdoa semoga pujaan hati tidak kehujanan. Rintik hujan mulai berpacu semakin lebat. Perasaan semakin was-was. Dimanakah gerangan duhai pujaan hati?.  Sementara sang pujaan hati masih berteduh di warung kopi pinggir jalan karena lupa bawa mantel. Sembari menunggu hujan reda, sang pujaan hati memesan kopi dan menikmati pisang goreng hangat yang baru diangkat dari wajan. Sambil menyeruput kopi dan menikmati goreng pisang, sang pujaan hati membuka HP men