Dua hari berturut-turut, tepatnya Sabtu dan ahad saya mengikuti sebuah rapat kerja di salah satu kota di Jawa Timur.
Selepas ashar, seperti biasa saya ambil jatah libur untuk pulang ke Lamongan. Kabupaten dimana saya dan keluarga kecil saya tinggal.
Sore ini, saya coba kebut motor Vario saya agar saya tidak kemalaman. Namun sesampainya di Caruban, mendung sudah mulai menyapa. Saya pun mulai was-was. Kayaknya sebentar lagi akan turun hujan.
Bener saja, selepas Caruban hujan mulai turun. Saya pun pakai mantel. Hujan mulai deras. Pandangan mulai kabur. Saya pun tidak bisa ngebut. Dengan terpaksa, saya jalan pelan-pelan.
Maksud hati, ingin segera bertemu keluarga kecil saya yang pastinya sudah tahu saya akan pulang dan saya pun sudah memendam rindu yang membuncah ingin bertemu dan bermain bersama mereka. Ya anak-anak dan istri tercinta.
Namun, ternyata sampai Nganjuk, hujan juga belom menunjukkan akan mereda. Dengan terpaksa, saya pun berhenti di sebuah warung sambil memesan kopi hitam sekedar menghangatkan badan yang sudah mulai kedinginan.
Saya perhatikan lalu lalang orang-orang yang terus mengendarai mobil dan motor mereka walau hujan masih terus kencang.
Saya pun mulai bimbang. Apakah saya bisa pulang atau tidak. Sementara hasrat hati ingin segera kumpul bersama keluarga. Tapi apalah daya, saya hanya punya sepeda motor yang saya khawatir sekali akan mogok jika saya melanjutkan perjalanan dalam kondisi hujan.
Jam sudah menunjukkan tepat jam 17.00. langit masih gelap. Hujan masih terus turun dengan lebatnya. Rasanya harapan untuk pulang seperti pupus. Dan rindu ini harus ditahan entah sampai kapan
Komentar