Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Perjalanan

REFLEKSI TAHUN 2023

Assalamu'alaikum bloggers Kali ini saya akan bercerita seputar perjalanan saya memimpin sebuah lembaga pendidikan Islam. Ini adalah pengalaman pertama saya memimpin lembaga pendidikan islam sekelas yayasan. Sebuah yayasan pendidikan yang membawahi 4 lembaga pendidikan mulai jenjang TK, SMP, MA dan Ma'had Aly. Yang keempat ini baru berdiri pas saya memimpin yayasan ini.  Tepatnya tahun 2021 saya diamanahi lembaga pendidikan ini. Berarti sudah tiga tahun saya mengemban amanah ini. Sebelumnya saya diamanahi di bagian sekretaris, humas dan personalia. Tiga pekerjaan jadi satu. Dan gajinya juga satu saja. Bukan berarti jadi tiga kali lipat. Pada saat yang sama saya juga masih diamanahi sebagai kepala MA - nya. Jadi total ada 4 amanah yang dibebankan ke saya. Jangan dibayangkan gimana pusing dan bingungnya. Amanah yang keempat itu sudah saya emban sejak tahun 2018. Yakni pertama kali saya mutasi ke kota Madiun.  Saya coba ceritakan dulu pas pertama kali jadi kepala Madras

LIMA TAHUN YANG LALU

Hari ini saya bersama beberapa teman dari Jawa Timur berkesempatan untuk menghadiri sebuah acara lima tahunan di Pusat Hidayatullah Balikpapan Kalimantan Timur. Acara yang dikemas dengan Nama SILATNAS atau silaturahim Nasional yang dihadiri oleh sebuah kader dan simpatisan Hidayatullah se Indonesia.  Tepat 5 tahun saya meninggalkan tempat tugas saya yang pertama ini. 11 tahun saya bertugas di Hidayatullah pusat ini dan tahun 2018 saya pun pindah tugas ke Jawa Timur. Dan tepat tahun ini yakni tahun 2023 saya berkesempatan untuk berkunjung kembali ke gunung tembak Balikpapan.  Awalnya saya tidak ingin ikut dan hadir dalam perhelatan acara ini. Cukup sulit menemukan alasan penguat untuk sekedar bisa hadir di acara ini.  Kalau hanya karena faktor saudara atau keluarga, mungkin bisa cukup dengan Whatsapp atau video call dan media lainnya. Kalau hanya karena faktor teman, hal itu juga masih bisa dilakukan dengan media sosial. Hingga menjelang keberangkatan saya masih belom menemu

KIAI SEPAROH

Awal ramadhan tahun ini saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi juri perlombaan yang diadakan oleh RRI Kota Madiun. Saya merupakan salah satu juri anggota pada ajang lomba taushiyah.  Ini merupakan pengalaman yang luar biasa. Sebab saya bisa ketemu dan berkumpul bersama dengan para kiai dan para Bu Nyai yang secara nasab memiliki jalur nasab yang jelas khususnya dalam bidang per-kiai-an. Biasanya nasab mereka jelas dan runut bahkan dihafal luar kepala. Selain jalur nasab mereka juga memiliki keilmuan yang luar biasa.  Kalau tidak salah ingat, saya adalah satu-satunya yang bukan kiai. Pas kumpul bersama beliau-beliau rasanya saya agak sedikit minder. Sebab secara nasab saya bukan kiai atau gus.  Dalam kesempatan apapun saya lebih suka mengenalkan diri sebagai santri. Entah kenapa predikat ini (santri) bagi saya lebih berkesan dan keren dibandingkan dipanggil ustadz atau gus. Bukan karena tidak suka tapi secara sense lebih wow dan keren. Artinya seorang santri yang dalam pe

SEARCHING SOURCES OF FAMILY

Siapa saya dan darimana saya berasal adalah dua pertanyaan yang sering muncul di benak dan pikiran. Kedua pertanyaan ini dilatarbelakangi oleh apa yang saya alami akhir-akhir ini yakni terkait kiprah saya di kota Madiun dan sekitarnya khususnya di bidang pendidikan dan dakwah.  Berawal dari ceramah di masjid-masjid kecil di kota Madiun baik karena terjadwal maupun karena menggantikan ustadz-ustadz lain yang berhalangan, masyarakat mulai mengenal saya sebagai da'i atau ustadz muda. Secara khusus materi-materi ceramah saya disenangi oleh kaum ibu 😀 Kenyataan itu memunculkan sebuah pertanyaan siapa saya dan darimana saya berasal?. Mengingat untuk sampai pada posisi saya saat ini (menurut saya) harus memiliki nasab kiai atau raden kiai. Sampai-sampai saya membuat joke-joke lucu bahwa saya berasal dari "Fir'aun" 😀. Itu karena saking sulitnya menjawab asal muasal nasab saya.  Alhamdulillah sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan nasab itu sudah mulai menemukan

PULANG KE KAMPUNG HALAMAN

Sabtu 25 Juni 2022 usai sudah pelaksanaan gelaran wisuda santri SMP angkatan ke-20 dan santri MA angkatan ke-7.  Agenda berikutnya yakni besok ahad, 26 Juni 2022 adalah perpulangan santri atau libur santri semester genap tahun 2021-2022. Pulang adalah kata yang sering kita simak dan dengar baik di rumah, tempat kerja, dan sebagainya.  Pulang adalah kata yang membuat kita membayangkan hal-hal indah yang akan dilakukan selama di rumah atau kampung halaman. Memang begitu fitrah manusia. Senang pulang.  Pulang adalah sebuah pekerjaan yang sudah sering kita lakukan. Kadang pada saat lebaran. Pada saat libur sekolah atau libur pondok.  Semua itu adalah latihan pulang. Pulang yang sebenarnya adalah pulang ke kampung akhirat. Dan semua kita pasti akan pulang ke kampung akhirat.  Tatkala kita mendengar berita kematian, kita sering mengucapkan kalimat istirja' yang berbunyi إنا لله وإنا إليه راجعون.  Dalam kalimat di atas ada kata yang bermakna pulang atau kembali yakni kata roji

BUKAN LAYANGAN PUTUS

Sebuah film yang cukup viral utamanya di kalangan emak-emak berjudul layangan putus sempat menghebohkan masyarakat Indonesia. Ada yang benar-benar terbawa suasana bahkan sampai menangis seakan-akan merasakan penderitaan yang dirasakan oleh mbak Kinan.  Namun ada yang lebih ekstrem lagi. Sehabis nonton film tersebut ada yang melakukan sidak terhadap HP para suami. Jangan-jangan hal yang sama sudah menimpa rumah tangganya. Rasa khawatir dan was-was pun menggerogoti relung jiwanya sambil berharap semoga itu hanya terjadi di dunia film.  Ada juga yang lucu yakni membuat parodi dialog antara mbak Kinan dg lakon yang berbeda. Ya sekedar lucu-lucuan saja.  Saya berasumsi rata-rata perempuan atau istri lah lebih tepatnya khawatir dengan tayangan film tersebut. Hal itu sebenarnya wajar. Sebab mereka berharap rumah tangga yang dibangunnya dengan seorang suami yang dicintainya akan menjadi milik mereka berdua hingga tua sama-sama tanpa ada pihak ketiga dalam bahtera nya.  Bagaimana de

"LAHIR TANPA BAPAK"

Judul di atas sengaja saya tulis demikian. Atau tulisan ini sengaja saya kasih judul demikian. Namun hakikinya bukan demikian.  Jadi ceritanya begini. Ketiga anak saya pas lahiran tidak pernah dihadiri atau didampingi bapaknya yakni saya 😀 Kalau istri saya lagi dongkol, kadang sering bully saya dengan mengatakan  Hanya tahu enaknya doang 😀 Hanya tahu bikinnya doang 😀 Pas donwload, gak pernah dampingi Dulu, pas anak pertama saya lahir, saya juga tidak dampingi istri. Karena istri di lamongan. Saya di Balikpapan.  Pas anak kedua juga demikian. Kita selalu berjauhan Pas anak ketiga juga demikian. Yakni berjauhan.  Entah ini takdir atau kebetulan?  Saya pun gak bisa jawab 😀

AYES LAHIR

Tahun 2018, saya resmi mutasi dan bertugas di kota Madiun. Kota ini tidak asing bagi saya. Sebab ada paman saya yang tinggal dan menetap di Madiun. Katanya sih Madiun dulu. Tapi pas saya ke Madiun beneran, ternyata rumah paman saya masuk wilayah Kabupaten Magetan. Walaupun masih berdekatan dengan Kabupaten Madiun yakni Kecamatan Jiwan. Kedua Kabupaten ini dipisah oleh sebuah sungai. Tapi saya tidak tahu nama sungainya.  Pas kami mutasi, istri saya dalam kondisi hamil muda. Jadi mertua tidak tahu kalo istri hamil anak ketiga. Kan memang gak perlu tahu. Ini kan urusan menantu 🤣🤣🤣🤣 Pas kami pindahan ke Madiun, Tiba-tiba ibu mertua mengetahui kehamilan istri saya. Kayaknya sih agak kecewa. Tapi kayaknya 😀 Saya tidak tahu pasti.  Bisa juga kaget karena mertua gak dikasih tahu kehamilannya.  Tepatnya bulan Desember 2018 pas saya sedang rapat, Tiba-tiba istri telpon saya. Katanya perutnya udah mulai sakit. Istri meminta saya untuk segera pulang.  Habis rapat, saya kebut motor saya menuju

IEDUL ADHHA DI PERANTAUAN

Ini merupakan kisah kami berdua yakni saya dan istri (saat itu kami belom memiliki anak).  Hari dimana ini adalah hari raya idul adha, saya mendapatkan amanah untuk khutbah ied di kabupaten Penajam Paser Utara atau yg lebih dikenal dengan PPU. Dulunya PPU adalah bagian dari Balikpapan. Namanya Balikpapan seberang. Seiring dengan perkembangan kebijakan, Balikpapan dipecah jadi dua yakni jadi kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara.  Saya mendapatkan amanah khutbah di masjid dekat rumah kakak kelas ketika kuliah di STAIL Surabaya. Kami berdua bermalam di rumah sahabat kami.  Masjidnya tidak terlalu besar. Namun jemaahnya padat. Namanya juga sholat ied. Dimana-mana ya memang rame sih.  Hal yang tak disangka-sangka adalah sambutan jemaah yang begitu antusias bahkan "amplopnya" yang bikin geleng-geleng kepala.  Wow ternyata kayak gini kalo jadi kiai atau ustadz kabir 😀 Tentu saja saya sama istri senang sekali dengan semua hal mulai dari sambutan, jamuan dan lainnya. Dit

BELAJAR KHUTBAH

Dulu pas masih di kampung, kalo jumatan bisa dipastikan ustadznya atau kiai yg khutbah itu itu saja orangnya.  Sampai-sampai saya mengambil sebuah kesimpulan sendiri bahwa khotib itu pasti bukan orang sembarangan baik secara akhlak, muru'ah dan keilmuan. Walaupun khutbah nya adalah khutbah tahunan yg tidak pernah berubah. Itupun berbahasa Arab. Jadi kesannya adalah kesan sakral dan keramat.  Awal bertugas di Balikpapan saya tidak langsung dijadwal khutbah. Maklum masih baru 😀 Dan tentu secara keilmuan belom mumpuni.  Suatu ketika saya pun mendapatkan jadwal khutbah. Tidak ada motor, baru pertama mau khutbah. Akhirnya mau tidak mau saya pun cari tumpangan.  Alhamdulillah saat itu saya nebeng sama ustadz Zainal Abidin kalo tidak keliru (udah lupa namanya). Masjidnya juga lumayan dekat dari pondok. Pas beliau juga ada jadwal di jalur yg sama cuma lebih jauh.  Pengalaman khutbah pertama ini biasa-biasa saja. Sebab masjidnya termasuk masjid kampung dan jemaahnya sedikit. Ja

TELOR CEPLOK TERUS

Apalah jadinya jika seorang gadis yang masih muda belia harus menikah dini?  Dandan sih bisa 😀 Nyuci pakaian, ya lumayan 😀 Masak? Belom tentu  Setidaknya itulah pengalaman kami awal-awal masa pernikahan dan belajar mandiri di tempat tugas.  Menunya sederhana dan harus sabar dengan satu macam menu selama berbulan-bulan 🤣 Menu andalan kami adalah telor ceplok plus kecap.  Bagaimana rasanya? Tentu saja enak banget.  Karena makan sepiring berdua, secobek berdua, segelas berdua dan hanya duduk berdua 😀 Pokoknya super romantis banget.  Dan u tuk melahirkan menu yg luar biasa ini, istri saya harus konsultasi ke ibu mertua ttg cara masaknya.  Tentu saja kondisi ini tidak terus-terusan Lama kelamaan, istri pandai masak dan masakannya pasti enak banget.  I love you my sweet heart 😍😍😍

HAMPIR SAJA

Dalam hidup ini tak ada jalan yang bener-bener lurus dan mulus. Sebuah jalan kadang belok-belok. Kadang naik turun. Kadang penuh lobang.  Begitupun perjalanan sebuah bahtera rumah tangga. Akan selalu mendapati jalan berkelok dan menanjak.  Ini adalah pelajaran berharga khusus nya bagi saya. Dan barangkali bagi siapa pun yg sedang membina rumah tangga atau bahkan mengalami hal yang pernah saya alami.  Satu hal yg harus benar-benar diperhatikan oleh seorang kepala rumah tangga yakni pastikan kebutuhan jasmani dan ruhani pasangan dalam kondisi baik-baik saja.  Pastikan bahwa tidak ada "maling" yang menyusup masuk ke ruang rumah tangga kita. Sebab tatkala badai itu datang tak sedikit yg jadi hilang akal dan buta mata. Hingga terjadilah perceraian atau bahkan pembunuhan.  Semoga hal itu tidak terjadi pada anda. Aamiin

MOTOR MATI DI TENGAH JALAN

Suka duka menjalani tugas di luar pulau. Jauh dari keluarga dan sanak family. Mau pulang tiap bulan tentu dana yg ada sangat terbatas. Solusinya ya jalan-jalan atau main ke rumah teman.  Suatu ketika kami pergi silaturrahim ke rumah keluarga yang ada di Kilo 4 dekat terminal Batu Ampar Kota Balikpapan.  Pas dalam perjalanan pulang, Tiba-tiba motor saya mati. Saya coba starter dan engkol tetap saja tidak mau nyala.  Akhirnya kami putuskan cari bengkel terdekat. Lama kami jalan. Saya dorong motor. Istri gendong si kecil Fatih.  Hingga kami bertemu dengan sebuah tanjakan yang mana saya harus mendorong motor dari bawah hingga ke atas.  Ngos ngosan 😀 Perut kram 😀 Rasanya sudah gak kuat.  Tetiba seseorang menawarkan pertolongan  Mas, mau dibantu kah? Tanya mas nya Ya mas, saya sudah gak kuat dorong 🤣🤣🤣 Akhirnya motor saya pun sampai di atas dan syukurlah kami ketemu dengan sebuah bengkel. Dan motor pun diperbaiki.  Alhamdulillah akhirnya kami bisa pulang ke rumah di gunung t

KULINER MALAM

Suami-suami sayang istri dan anak.  Saya termasuk tipe orang yg mobile. Istilah kerennya begitu. Alias nggak bisa diem. Selalu ada yg dikerjakan. Selalu ada yg dipikirin.  Termasuk salah satunya adalah kuliner malam. Saat itu, kami sudah punya motor Supra X Helm-In alias body bongsor.  Habis maghrib atau habis isyak adalah waktu kami jalan-jalan sambil kuliner. Selalu ada saja makanan atau menu yg ingin dicoba.  Malam ini, misalnya kita coba sate gulai.  Malam berikutnya, bebek penyet plus lalapan.  Malam berikutnya bakso Malam berikutnya lagi lain lagi Pokoknya begitu terus  Tak hanya malam hari.  Kadang sore hari Atau pas hari libur Maunya jalan terus.  Padahal motornya sudah penuh untuk 4 orang Tapi gimana lagi Mereka adalah pelipur lara tatkala saya lelah dan capek dengan semua pekerjaan.  Apa yg mereka minta, saya coba turutin. Kan cuma pergi cari makan 😀 Hingga kebiasaan ini menimbulkan masalah kesehatan pada diri saya. 

KETEMU KELUARGA

Bertugas di Balikpapan tentu saja terasa asing bagi kami. Tak ada sanak keluarga. Tak ada sanak family. Sehingga tak tahu mau kemana Ada satu sahabat yang saat itu sama-sama mengajar di MA, namanya Pak Sahrul. Beliau berasal dari Bugis. Orangnya baik. Ada beberapa sisi kesamaan antara saya dengan beliau.  Beliau punya keluarga besar di Batakan. Daerah dekat Bandara Sepinggan. Sering saya bersama istri ikut nimbrung ke rumah keluarga beliau di Batakan hingga kami pun dianggap sebagai bagian dari keluarga oleh beliau. Rasanya keluarga ini luar biasa sekali. Sebab kami tidak ada hubungan darah sama sekali. Namun kami dianggap seperti saudara. Apalagi kalau lebaran. Kami pun ikut nimbrung makan buras dan opor ayam di rumah beliau.  Hingga suatu ketika ada informasi bahwa ada keluarga istri yg sudah menetap dan memang berasal dari Balikpapan. Kami coba cari-cari dan akhirnya kami pun ketemu dan sering silaturrahim ke rumah beliau.  Beliau adalah keluarga pak Tari. Ketiga putra b

RUMAH COUPLE

Saat ini kata couple sudah tidak asing di telinga kita semua. Sebab saat ini banyak sekali produk pakaian yg couple. Tentu biar terlihat serasi dan seimbang.  Dulu, saya sempat bingung apa itu couple. Ternyata tak cari-cari kata ini bermakna berpasangan Rumah couple yg dimaksud adalah satu rumah yg dipisah jadi dua. Jadi masih satu bangunan gitu. Cuma di balikpapan lebih terkenal rumah panggung ala Bugis.  Rumah ini terdiri dari satu kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga (istilah saya), dapur, kamar mandi dan toilet dan teras serta tempat jemuran. Tentu saja rumah ini pernah dihuni orang lain sebelum saya. Jadi saya pelanjut 😀 Seperti yang saya ceritakan pada tulisan sebelumnya bahwa pada malam pertama kami pindah ke rumah ini, kami dikasih bantal dan karpet oleh tetangga sebelah atau tetangga couple saya.  Pun demikian hari-hari berikutnya, tetangga kami ini sangat baik sekali. Di rumah ini hanya ada satu meteran listrik. Selama beberapa bulan saya dibayarin listriknya

BOBOHO LAHIR

4 tahunan, si abang, dulu kami memanggilnya adek, karena belom ada saingan. Tahun 2013 istri saya hamil anak ke 2. Sama dengan yg pertama. Saya juga tetap ketar ketir dan masih terngiang-ngiang dengan ucapan salah seorang ustadz pada saat saya sakit.  Berbekal pengalaman yang pertama, istri saya tidak terlalu khawatir dg kehamilan yg kedua ini. Tapi saya tetap gundah gulana.  Lagi-lagi, dokter jawabannya Kami pergi ke dokter untuk USG dan alhamdulillah baby kami yg kedua katanya normal dan lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki. Padahal semua keluarga berharap yang kedua ini perempuan. Biar lengkap katanya.  Bahkan pada kehamilan yg kedua ini istri sering bolak balik Jawa. Baby yg kedua ini pengalaman naik pesawat 😁 Karena pas mau lahiran juga naik pesawat pulang ke lamongan.  Alhamdulillah berkat doa dari semua keluarga dan sahabat, baby kedua ini lahir.  Dan ternyata beratnya cukup lumayan.  Sekitar 3, 4 kg Berbeda dg yang pertama yg beratnya sekitar 2,5 kg.  Awal-awal bab

SANG BUAH HATI PUN LAHIR

Agak lama kami menunggu sang buah hati. Hingga suatu ketika Allah karunikan kehamilan kepada istri. Kami bahagia dan senang sekali.  Hari demi hari kami menunggu kelahiran sang buah hati.  Gundah gulana menyelimuti pikiran saya.  Suatu ketika saya pernah sakit. Dan ada seorang ustadz yg sempat menyentuh tulang punggung saya.  Dan tiba-tiba beliau berkata "Antum kalau punya anak bisa cacat" Bak petir di siang hari Saya bener-bener tidak menyangka akan mendengar pernyataan  tersebut.  Saya tidak menyalahkan beliau karena beliau tidak tahu saat itu saya akan segera menikah Mendengar penuturan itu saya sangat dihantui ketakutan yang luar biasa.  Siapa sih yg menginginkan anaknya lahir cacat?  Rasanya tak ada orangtua yg menginginkannya kecuali memang sudah ketentuanNya.  Saya baru mau nikah. Udah dibilangin kayak gitu.  Selama masa kehamilan, perasaan saya campur aduk antara senang dan takut.  Untuk mengurangi ketakutan ini, akhirnya kami putuskan untuk pergi ke dokter untuk USG.

TAK BISA MASAK

Usia pernikahan kami memang cukup jauh. Jarak antara saya dan istri sekitar 8 tahunan. Istri saya masih seusia dengan adik saya yang pertama. Bisa dibilang istri saya pas nikah masih sweet seventeen 🤣🤣🤣 Sahabat-sahabat kami yang sudah duluan bertugas di gunung tembak sudah membelikan kami peralatan masak seadanya.  Memang beberapa bulan kami masih menumpang di rumah sahabat yg saat itu kepala madrasah di sana.  SK penempatan rumah pun dibacakan.  Kaget campur sedih ketika pertama kali kami masuk rumah dinas tersebut.  Tak ada kasur Tak ada bantal Tak ada lampu Tak ada ember  Tak ada. . . . .  Tak ada. . . . .  Tak ada ini itu Seorang ustadz sepuh tiba-tiba ikut masuk ke dalam dan memberikan lampu.  Sebelum menempati rumah tsb saya mencoba membeli beberapa perlengkapan seadanya.  Malam hari kami pindah ke rumah dinas ini dengan berjalan kaki sambil mengusung kasur pemberian teman.  Rumah dinas ini dikenal dengan istilah rumah couple. Karena satu rumah dibagi dua dan diper

BAHTERA MULAI BERLAYAR

Akhirnya kerinduan ini terobati setelah sempat LDR an sekitar 3 bulanan kalau tidak salah. Stress pun hilang. Galau pun sirna. Bunga-bunga bersemi kembali setelah bertemu dengan sang pujaan hati. Senyum terus menghiasi hari-hari kami pengantin baru yang sedang dimabuk asmara.  Namun sejatinya ada hal yang mengganjal dalam hati. Niat hati tidak mau kembali ke tempat tugas. Lama di rumah mertua indah. Hingga sebuah dialog singkat terjadi antara sang menantu dan mertua.  "Kamu harus kembali" Itu tanggungjawabmu" Tuturnya di hadapan saya dan istri Saya pun gundah gulana.  Apa iya saya harus kembali.  Akhirnya kami berdua diskusi dan kami  putuskan untuk mengarungi bahtera kehidupan baru bersama-sama. Dengan menaiki pesawat, kami pun balik ke Gunung tembak dengan berat hati.  Sesampainya di bandara, kami dijemput oleh teman yang saat ini bertugas di Batam.