Entah hanya saya yang berasal atau santri yang juga pernah mondok merasakan hal yang sama bahwa ketika menapaki tahapan mondok rasanya tidak dapat apa-apa. Kalau bagi santri yang berprestasi tentu perasaan seperti ini bisa ditepis. Tapi bagi santri yang katakanlah biasa-biasa saja selama menjalani proses mondok, maka perasaan ini adalah perasaan yang biasa menghinggapi para santri.
Sebenarnya tak ada satu anak pun yang tidak ingin membahagiakan dan membuat bangga kedua orangtuanya. Semuanya pengen. Namun bisa jadi belom menemukan cara. Hanya ada satu anak yang tidak "akan" mau membahagiakan orangtuanya yakni anak yang mengalami luka batin yang disebabkan oleh perlakuan atau ucapan orangtuanya.
Maka di sini menjadi penting sekali untuk para orangtua agar selalu membangkitkan semangat anak-anaknya. Dengan mengajak ngobrol anak tentang kesehariannya di pondok, tentang pelajarannya, tentang hafalannya dan apa saja yang dilakukan anak selama di pondok. Bahkan keluh kesahnya juga perlu didengar dengan seksama dan sepenuh hati.
Tapi ada satu hal yang tidak boleh berlebihan yakni ekspektasi atau harapan. Kamu harus begini. Kamu harus begitu dan sebagainya.
Sebagai orangtua kita hanya memberikan jalan dan petunjuknya. Maka biarkanlah anak itu menjalani jalan yang kita tunjukkan dan mendengar arahan dan bimbingan kedua orangtua nya. Itu sudah bagus banget menurut saya.
Komentar