Berbeda dengan sahabat saya yang lainnya di kampung dimana orang tuanya memiliki harapan yang tinggi kepada anak-anak nya tatkala sekolah atau mondok. Orangtua saya hanya berharap seperti harapan umum kayak kalo mondok itu harus hormat sama kiai dan guru, jangan ngambil barang orang lain atau nyolong. Rata-rata nilai-nilai moral saja yang sering ditekankan setiap ortu saya antar kiriman ke pondok.
Karena tidak ada arahan dan harapan khusus, maka saya tidak punya beban apapun yang harus saya tunaikan kepada kedua orangtua saya. Khusus nya terkait dengan perjalanan mondok. Namun demikian melihat kawan-kawan saya yang pada pinter-pinter dan sering berprestasi, Lama-lama saya juga gerah dan panas. Masak saya tidak bisa berprestasi seperti mereka?
Di sinilah trigger itu saya temukan bahwa dengan segala keterbatasan yang saya miliki yakni orangtua yang tidak mampu secara ekonomi, saya harus berprestasi di pondok ini.
Menemukan Passion
Awalnya saya senang banget ketika belajar mata pelajaran biologi pas saya kelas 2 MTs. Karena cara ngajar guru saya enak dan menyenangkan. Namanya Bapak Zubaidi dari Pademawu Pamekasan. Namun suatu ketika saya pernah tidak masuk materi beliau sekali. Pas kebetulan saya sakit. Ketika saya mencoba untuk memahami materi-materi lanjutan beliau saya jadi tidak paham sama sekali. Padahal saat itu saya punya cita-cita ingin jadi dokter. Maka pupuslah asa saya untuk jadi dokter karena sebab tersebut.
Akhirnya saya mencoba untuk fokus pada mapel diniyah seperti shorrof dan nahwu dimana saya berusaha betul agar saya memahami dan menguasai ilmu-ilmu ini. Mulai sejak kelas 5 MI sampai dengan kelas 3 MTs Diniyah saya benar-benar fokus untuk menguasai kedua ilmu alat tersebut.
Dan alhamdulillah barokah doa dari kedua orangtua, para guru dan keluarga saya pun bisa memahami dengan baik kedua ilmu tersebut. Di sinilah passion itu saya temukan.
Menemukan kesabaran
Dari trigger ini pula saya menemukan makna kesabaran bahwa apa yang dinasehatkan oleh para ulama dalam kitab ta'limul muta'allim tentang syarat menuntut ilmu salah satunya adalah sabar. Sabar menjalani proses. Sabar menjalani kesulitan demi kesulitan hingga akhirnya pada suatu malam saya dinobatkan menjadi santri TELADAN di pondok ini.
Semuanya berkat doa dari kedua orangtua, para guru dan keluarga.
Komentar