Tibalah saya masuk sekolah diniyah. Dengan percaya diri saya langsung menghadap ke ustadz dan saya minta untuk langsung masuk di kelas 5 MI. Karena saya di kampung sudah duduk di kelas 5 MI.
Seorang ustadz yang sudah duduk di meja guru di kelas 5 MI langsung mempersilahkan saya masuk ketika saya sudah mengucapkan salam dan meminta izin untuk masuk ke kelas 5.
Memang unik di pondok saya. Tidak ada tes-tesan. Masuk saja. Maka ketika basa-basi dg ditanya asal saya dan sudah pernah sekolah atau belom. Tiba-tiba beliau ngetes saya untuk mentashrif satu kata yang mana ini benar-benar membuat saya kaget dan malu. Karena saya tidak bisa sama sekali.
Mau gimana lagi. Ya udah. Hari itu saya tetap duduk di kelas 5 MI. Namun keesokan harinya saya pamit ke ustadz tersebut dan saya pun turun ke kelas 4 MI.
Sebenarnya di kelas inipun saya sudah banyak ketinggalan materi dan banyak ilmu baru yang saya tidak tahu. Tapi kalau saya sampai turun lagi ke kelas 3, betapa malunya saya. Maka dari pada saya menanggung malu yang lebih besar lagi, saya tetap bertahan di kelas 4 MI sambil bertanya-tanya kepada kawan-kawan yang sudah duluan belajar dan materinya sudah lengkap.
Komentar