Kalau pada tulisan bagian 1 sampai 6 berisi tentang kisah dan lika-liku mondok maka tulisan bagian ketujuh ini saya akan coba mengurai sisi pelajaran yang saya dapatkan selama mondok.
Apa yang saya dapat dari mondok?
1. Kemandirian
Memang kemandirian yang saya maksud dalam tulisan ini bukanlah kemandirian dalam segala hal. Tapi hanya dalam beberapa hal khusus yang saya baru menyadarinya ketika saya sudah terjun di tengah-tengah masyarakat.
Mandiri yang saya maksud adalah saya bisa dan mampu melakukan banyak pekerjaan sendiri tanpa bantuan orang lain. Utamanya apa yang menjadi kebutuhan pribadi saya sendiri seperti mengurus keperluan sendiri, mengurus pakaian sendiri dengan mencuci, melipat dan merapikan bahkan kalau saat ini juga bisa menyetrika pakaian sendiri.
Mungkin bagi sebagian orang hal ini remeh banget. Tapi tidak bagi saya. Hal-hal ini bagi sangat urgen dan bermanfaat. Saya punya satu falsafah yang sampai saat ini saya pegang teguh yakni "jika kamu ingin jadi pemimpin, maka selesaikanlah urusan dirimu sendiri". Lama kelamaan falsafah ini saya rasakan ada benarnya dan bahkan banyak benernya.
Mana mungkin seseorang bisa jadi pemimpin jika mengurus dirinya sendiri saja belom beres. Itu mustahil. Kecuali lewat pintu belakang 😁.
Dan mari kita lihat berapa rusaknya sebuah negeri jika dipimpin oleh orang yang belum bisa mengurus dirinya sendiri. Mengurus diri sendiri di sini bisa yang sifatnya dhohir bisa juga yang sifatnya batin seperti mengelola emosi, amarah dan sebagainya.
Maka kemandirian yang saya dapatkan selama mondok benar-benar saya rasakan manfaatnya ketika saya sudah menjadi bagian dari masyarakat.
Saya ambil satu contoh. Masalah kebersihan. Bagi saya masalah kebersihan dan kerapihan sudah harus selesai pada level diri sendiri. Baik badannya, pakaiannya, bahkan lingkungannya. Kebersihan bukan menunggu orang lain bergerak tapi kebersihan itu sudah harus selesai pada tangan diri sendiri.
Memang bagi sebagian kalangan The Have masalah kebersihan bisa ditangani oleh pembantu atau PRT. Ya kalau punya uang. Kalau tidak punya uang yang cukup untuk menggaji PRT, maka urusan kebersihan itu sudah harus selesai pada level diri sendiri.
Jangan dibayangkan untuk memiliki sikap mandiri bisa disulap dalam sekejap atau semalam. Itu hanya ilusi dan mimpi. Membangun kemandirian itu berat, melelahkan, menyakitkan. Tapi nilai penting dari keberhasilan membangun kemandirian adalah kita tidak mudah bergantung kepada orang lain.
Kalau bisa selesai di tangan kita kenapa harus pakai bantuan orang lain. Ini prinsip yang sampai saat ini saya pegang. Dan ini adalah buah dari proses kemandirian.
2. Tanggung jawab
Lagi-lagi saya sangat bangga dengan prinsip di atas yakni falsafah yang selama ini saya yakini kebenarannya. Yakni falsafah kepemimpinan bahwa orang yang mampu mengurus orang lain adalah mereka yang sudah selesai dengan urusan dirinya sendiri baik urusan dhahir maupun batin.
Sikap tanggungjawab bukan warisan, juga bukan hadiah apalagi doorprize. Sikap ini harus dilatih, dibimbing, diproses. Dan semua itu tidak gampang.
Sikap tanggung jawab erat kaitannya dengan kepemimpinan. Maka bagaimana mungkin seseorang akan bertanggung jawab kepada orang lain jika terhadap urusan dirinya sendiri dia belom bertanggung jawab.
Hal ini dimulai dari tanggung jawab pada hal-hal kecil seperti tanggung jawab dengan barang miliknya sendiri. Karena bagaimanapun seorang anak masih diberi dan dibantu oleh orangtua. Bagaimana caranya dia menjaga dan menghargai pemberian orangtuanya.
Hal-hal kecil lainnya mungkin pada sisi pengelolaan uang saku. Bagaimana seorang anak harus mampu menjaga uang saku yang diberikan oleh orangtua dengan cara membelanjakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan baik.
Komentar