Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Kisah

TELOR CEPLOK TERUS

Apalah jadinya jika seorang gadis yang masih muda belia harus menikah dini?  Dandan sih bisa 😀 Nyuci pakaian, ya lumayan 😀 Masak? Belom tentu  Setidaknya itulah pengalaman kami awal-awal masa pernikahan dan belajar mandiri di tempat tugas.  Menunya sederhana dan harus sabar dengan satu macam menu selama berbulan-bulan 🤣 Menu andalan kami adalah telor ceplok plus kecap.  Bagaimana rasanya? Tentu saja enak banget.  Karena makan sepiring berdua, secobek berdua, segelas berdua dan hanya duduk berdua 😀 Pokoknya super romantis banget.  Dan u tuk melahirkan menu yg luar biasa ini, istri saya harus konsultasi ke ibu mertua ttg cara masaknya.  Tentu saja kondisi ini tidak terus-terusan Lama kelamaan, istri pandai masak dan masakannya pasti enak banget.  I love you my sweet heart 😍😍😍

HAMPIR SAJA

Dalam hidup ini tak ada jalan yang bener-bener lurus dan mulus. Sebuah jalan kadang belok-belok. Kadang naik turun. Kadang penuh lobang.  Begitupun perjalanan sebuah bahtera rumah tangga. Akan selalu mendapati jalan berkelok dan menanjak.  Ini adalah pelajaran berharga khusus nya bagi saya. Dan barangkali bagi siapa pun yg sedang membina rumah tangga atau bahkan mengalami hal yang pernah saya alami.  Satu hal yg harus benar-benar diperhatikan oleh seorang kepala rumah tangga yakni pastikan kebutuhan jasmani dan ruhani pasangan dalam kondisi baik-baik saja.  Pastikan bahwa tidak ada "maling" yang menyusup masuk ke ruang rumah tangga kita. Sebab tatkala badai itu datang tak sedikit yg jadi hilang akal dan buta mata. Hingga terjadilah perceraian atau bahkan pembunuhan.  Semoga hal itu tidak terjadi pada anda. Aamiin

MOTOR MATI DI TENGAH JALAN

Suka duka menjalani tugas di luar pulau. Jauh dari keluarga dan sanak family. Mau pulang tiap bulan tentu dana yg ada sangat terbatas. Solusinya ya jalan-jalan atau main ke rumah teman.  Suatu ketika kami pergi silaturrahim ke rumah keluarga yang ada di Kilo 4 dekat terminal Batu Ampar Kota Balikpapan.  Pas dalam perjalanan pulang, Tiba-tiba motor saya mati. Saya coba starter dan engkol tetap saja tidak mau nyala.  Akhirnya kami putuskan cari bengkel terdekat. Lama kami jalan. Saya dorong motor. Istri gendong si kecil Fatih.  Hingga kami bertemu dengan sebuah tanjakan yang mana saya harus mendorong motor dari bawah hingga ke atas.  Ngos ngosan 😀 Perut kram 😀 Rasanya sudah gak kuat.  Tetiba seseorang menawarkan pertolongan  Mas, mau dibantu kah? Tanya mas nya Ya mas, saya sudah gak kuat dorong 🤣🤣🤣 Akhirnya motor saya pun sampai di atas dan syukurlah kami ketemu dengan sebuah bengkel. Dan motor pun diperbaiki.  Alhamdulillah akhirnya kami bisa pulang ke rumah di gunung t

KULINER MALAM

Suami-suami sayang istri dan anak.  Saya termasuk tipe orang yg mobile. Istilah kerennya begitu. Alias nggak bisa diem. Selalu ada yg dikerjakan. Selalu ada yg dipikirin.  Termasuk salah satunya adalah kuliner malam. Saat itu, kami sudah punya motor Supra X Helm-In alias body bongsor.  Habis maghrib atau habis isyak adalah waktu kami jalan-jalan sambil kuliner. Selalu ada saja makanan atau menu yg ingin dicoba.  Malam ini, misalnya kita coba sate gulai.  Malam berikutnya, bebek penyet plus lalapan.  Malam berikutnya bakso Malam berikutnya lagi lain lagi Pokoknya begitu terus  Tak hanya malam hari.  Kadang sore hari Atau pas hari libur Maunya jalan terus.  Padahal motornya sudah penuh untuk 4 orang Tapi gimana lagi Mereka adalah pelipur lara tatkala saya lelah dan capek dengan semua pekerjaan.  Apa yg mereka minta, saya coba turutin. Kan cuma pergi cari makan 😀 Hingga kebiasaan ini menimbulkan masalah kesehatan pada diri saya. 

KETEMU KELUARGA

Bertugas di Balikpapan tentu saja terasa asing bagi kami. Tak ada sanak keluarga. Tak ada sanak family. Sehingga tak tahu mau kemana Ada satu sahabat yang saat itu sama-sama mengajar di MA, namanya Pak Sahrul. Beliau berasal dari Bugis. Orangnya baik. Ada beberapa sisi kesamaan antara saya dengan beliau.  Beliau punya keluarga besar di Batakan. Daerah dekat Bandara Sepinggan. Sering saya bersama istri ikut nimbrung ke rumah keluarga beliau di Batakan hingga kami pun dianggap sebagai bagian dari keluarga oleh beliau. Rasanya keluarga ini luar biasa sekali. Sebab kami tidak ada hubungan darah sama sekali. Namun kami dianggap seperti saudara. Apalagi kalau lebaran. Kami pun ikut nimbrung makan buras dan opor ayam di rumah beliau.  Hingga suatu ketika ada informasi bahwa ada keluarga istri yg sudah menetap dan memang berasal dari Balikpapan. Kami coba cari-cari dan akhirnya kami pun ketemu dan sering silaturrahim ke rumah beliau.  Beliau adalah keluarga pak Tari. Ketiga putra b

RUMAH COUPLE

Saat ini kata couple sudah tidak asing di telinga kita semua. Sebab saat ini banyak sekali produk pakaian yg couple. Tentu biar terlihat serasi dan seimbang.  Dulu, saya sempat bingung apa itu couple. Ternyata tak cari-cari kata ini bermakna berpasangan Rumah couple yg dimaksud adalah satu rumah yg dipisah jadi dua. Jadi masih satu bangunan gitu. Cuma di balikpapan lebih terkenal rumah panggung ala Bugis.  Rumah ini terdiri dari satu kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga (istilah saya), dapur, kamar mandi dan toilet dan teras serta tempat jemuran. Tentu saja rumah ini pernah dihuni orang lain sebelum saya. Jadi saya pelanjut 😀 Seperti yang saya ceritakan pada tulisan sebelumnya bahwa pada malam pertama kami pindah ke rumah ini, kami dikasih bantal dan karpet oleh tetangga sebelah atau tetangga couple saya.  Pun demikian hari-hari berikutnya, tetangga kami ini sangat baik sekali. Di rumah ini hanya ada satu meteran listrik. Selama beberapa bulan saya dibayarin listriknya

BOBOHO LAHIR

4 tahunan, si abang, dulu kami memanggilnya adek, karena belom ada saingan. Tahun 2013 istri saya hamil anak ke 2. Sama dengan yg pertama. Saya juga tetap ketar ketir dan masih terngiang-ngiang dengan ucapan salah seorang ustadz pada saat saya sakit.  Berbekal pengalaman yang pertama, istri saya tidak terlalu khawatir dg kehamilan yg kedua ini. Tapi saya tetap gundah gulana.  Lagi-lagi, dokter jawabannya Kami pergi ke dokter untuk USG dan alhamdulillah baby kami yg kedua katanya normal dan lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki. Padahal semua keluarga berharap yang kedua ini perempuan. Biar lengkap katanya.  Bahkan pada kehamilan yg kedua ini istri sering bolak balik Jawa. Baby yg kedua ini pengalaman naik pesawat 😁 Karena pas mau lahiran juga naik pesawat pulang ke lamongan.  Alhamdulillah berkat doa dari semua keluarga dan sahabat, baby kedua ini lahir.  Dan ternyata beratnya cukup lumayan.  Sekitar 3, 4 kg Berbeda dg yang pertama yg beratnya sekitar 2,5 kg.  Awal-awal bab

SANG BUAH HATI PUN LAHIR

Agak lama kami menunggu sang buah hati. Hingga suatu ketika Allah karunikan kehamilan kepada istri. Kami bahagia dan senang sekali.  Hari demi hari kami menunggu kelahiran sang buah hati.  Gundah gulana menyelimuti pikiran saya.  Suatu ketika saya pernah sakit. Dan ada seorang ustadz yg sempat menyentuh tulang punggung saya.  Dan tiba-tiba beliau berkata "Antum kalau punya anak bisa cacat" Bak petir di siang hari Saya bener-bener tidak menyangka akan mendengar pernyataan  tersebut.  Saya tidak menyalahkan beliau karena beliau tidak tahu saat itu saya akan segera menikah Mendengar penuturan itu saya sangat dihantui ketakutan yang luar biasa.  Siapa sih yg menginginkan anaknya lahir cacat?  Rasanya tak ada orangtua yg menginginkannya kecuali memang sudah ketentuanNya.  Saya baru mau nikah. Udah dibilangin kayak gitu.  Selama masa kehamilan, perasaan saya campur aduk antara senang dan takut.  Untuk mengurangi ketakutan ini, akhirnya kami putuskan untuk pergi ke dokter untuk USG.

TAK BISA MASAK

Usia pernikahan kami memang cukup jauh. Jarak antara saya dan istri sekitar 8 tahunan. Istri saya masih seusia dengan adik saya yang pertama. Bisa dibilang istri saya pas nikah masih sweet seventeen 🤣🤣🤣 Sahabat-sahabat kami yang sudah duluan bertugas di gunung tembak sudah membelikan kami peralatan masak seadanya.  Memang beberapa bulan kami masih menumpang di rumah sahabat yg saat itu kepala madrasah di sana.  SK penempatan rumah pun dibacakan.  Kaget campur sedih ketika pertama kali kami masuk rumah dinas tersebut.  Tak ada kasur Tak ada bantal Tak ada lampu Tak ada ember  Tak ada. . . . .  Tak ada. . . . .  Tak ada ini itu Seorang ustadz sepuh tiba-tiba ikut masuk ke dalam dan memberikan lampu.  Sebelum menempati rumah tsb saya mencoba membeli beberapa perlengkapan seadanya.  Malam hari kami pindah ke rumah dinas ini dengan berjalan kaki sambil mengusung kasur pemberian teman.  Rumah dinas ini dikenal dengan istilah rumah couple. Karena satu rumah dibagi dua dan diper

BAHTERA MULAI BERLAYAR

Akhirnya kerinduan ini terobati setelah sempat LDR an sekitar 3 bulanan kalau tidak salah. Stress pun hilang. Galau pun sirna. Bunga-bunga bersemi kembali setelah bertemu dengan sang pujaan hati. Senyum terus menghiasi hari-hari kami pengantin baru yang sedang dimabuk asmara.  Namun sejatinya ada hal yang mengganjal dalam hati. Niat hati tidak mau kembali ke tempat tugas. Lama di rumah mertua indah. Hingga sebuah dialog singkat terjadi antara sang menantu dan mertua.  "Kamu harus kembali" Itu tanggungjawabmu" Tuturnya di hadapan saya dan istri Saya pun gundah gulana.  Apa iya saya harus kembali.  Akhirnya kami berdua diskusi dan kami  putuskan untuk mengarungi bahtera kehidupan baru bersama-sama. Dengan menaiki pesawat, kami pun balik ke Gunung tembak dengan berat hati.  Sesampainya di bandara, kami dijemput oleh teman yang saat ini bertugas di Batam. 

BANGKIT KEMBALI

Perjalanan hidup tiap-tiap orang berbeda-beda. Ada yang mulus tanpa rintangan dan masalah. Ada yang berkelok-kelok penuh dengan problema. Semuanya sudah digariskan dari sananya. Tak dapat memilih dan menghindar. Yang bisa dilakukan hanya mencoba mencari hikmah dan nilai yang terkandung dalam peristiwa tersebut.  Sebagaimana cita-cita dan harapan yang untuk mencapainya kadang harus berderai air mata. Kadang pula harus kehilangan orang yang dikasihi. Hanya orang yang pernah mengalami peristiwa yang bermacam-macam yang mampu membahasakan nya. Termsuk di dalamnya saya sendiri.  Seorang sahabat yang sudah hampir mwujudkan harapannya harus tersungkur menangis menerima kenyataan. Siapa yang tahu peristiwa ini akan terjadi. Bahkan di Detik-detik terakhir harapan bahagia itu akan menjadi kenyataan.  Makan tidak nyaman. Hanya air mata yang bisa menjawab sapaan setiap sahabat yang peduli padanya.  Dada sesak emosi yang entah bagaimana cara menumpahkannya.  Demikian juga tidur jadi tid