Langsung ke konten utama

Postingan

10 MUWASHOFAT

Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat

MEMBANGUN BUDAYA PESANTREN YANG HUMANIS

1. Salaman harus mencium tangan guru. Khususnya pada pangkal jari telunjuk dan menyentuh ke ujung hidung santri. Sedangkan tangan kiri menepuk pundak dan atau mengelus elus kepala santri sambil mendoakannya.  2. Halaqoh harus menyentuh antara satu lutut dg lutut yang lain 3. Pondok adalah miniatur peradaban yang bertujuan mengundang dan mengajak banyak orang masuk ke dalamnya  4. Nilai utama pondok adalah kekeluargaan 5. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat khususnya walisantri dengan menelpon mereka. Minimal 2 kali setahun tanpa harus menunggu santri bermasalah atau melanggar 6. Boleh masuk ketika penjengukan dan disediakan sarapan pagi.  7. Kejelasan informasi sejak awal. Hal ini bisa dilakukan dengan mengirim file penting berupa tata tertib pesantren, SOP Pengasuhan, SOP ketahfidhan, jadwal 24 jam dan Kaldik Pesantren. Hal ini dilakukan setelah santri baru dan lama masuk pesantren.  8. Penyerahan santri secara resmi atau tertulis kepada pengasuh pesantren. Hal

KHUTBAH JUM'AT RABI'UL AWWAL

Hidup adalah proses meniru.  Mulai dari masa bayi seorang sudah sering meniru banyak hal dalam kehidupannya.  Yang pertama yang menjadi lingkungan terdekatnya adalah ibunya. Maka apa saja yang ada pada ibunya seorang bayi akan meniru dan meresponnya.  Kalau si ibu sedih, maka si anak akan merespon sedih dan meniru kesedihannya.  Kalau si ibu bahagia, maka si anak akan merespon dan meniru kebahagiaannya.  Proses meniru dan mencontoh ini terus dilakukan karena untuk keberlangsungan kehidupan si anak. Salah diluruskan. Bengkok diluruskan. Keliru langsung diarahkan. Terus seperti itu sampai dewasa.  Beranjak dewasa lingkungan yang bisa kita rekam dan tiru semakin luas dan banyak. Bukan hanya bapak dan ibu. Tapi sudah mulai meluas ke tetangga, teman bermain, sekolah, dan masyarakat umum.  Maka proses mencontoh dan meniru akan lebih komplek sebab kadang terpantau dan kadang loss kontrol. Di sinilah peluang terjadinya salah didik, salah pergaulan bisa terjadi.  Proses mencontoh in

DUA MACAM MATA

Ada dua ain atau mata  1. عين الرضا   Melihat dengan positif.  2. عين السحت Melihat dengan mata negatif.  Yang ditiru dari Nabi Muhammad SAW 1. Shuroh / صورة  2. Siroh / سيرة  3. Sariroh / سريرة  Yg berkaitan dg akhirat wajib meniru Nabi SAW Yg berkaitan dg dunia hukumnya mubah

POTRET KESEHARIAN NABI MUHAMMAD SAW

Hari ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Awwal 1445 Hijriyah. Banyak kaum muslimin yang merayakan hari lahir beliau saw karena bergembira dan bersyukur atas lahirnya beliau saw yang telah membawa risalah Dinul Islam sehingga manusia mendapatkan keselamatan dan keberkahan dalam hidupnya.  Selain merayakan hari lahir beliau saw kita juga perlu dan harus meneladani beliau Rasulullah SAW. Sebab beliau merupakan suri teladan dalam segala aspek kehidupan beliau. Termasuk dalam hal berakhlak kepada keluarganya sendiri.  Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pernah menyatakan sebagai berikut:  خَيرُكم خَيرُكم لأهلِه، وأنا خَيرُكم لأهلي  “Sebaik-baiknya kalian adalah yang berprilaku baik terhadap keluarganya dan aku adalah teladan terbaik kalian.” Rasulullah SAW ketika berada bersama keluarga atau istri-istrinya, beliau menjadi orang yang paling rendah hati dan sopan perilakunya. Rasulullah SAW juga tidak segan untuk membantu meringankan pekerjaan istrinya padahal beliau adalah seor

DILEMA LDR

Setelah menikah, apakah sebaiknya tinggal bersama atau boleh LDR?  Pada tulisan kali ini sisi dilematis nya LDR atau Long Distance Relationship dimana fenomena ini banyak sekali ditemui di sekitar kita.  Setidaknya bisa kita gambarkan secara lebih rinci sebagai berikut 1. Suami bekerja dekat rumah. Dan istri di rumah 2. Suami bekerja dekat rumah dan istri juga demikian yakni dekat rumah juga 3. Suami kerja di luar daerah atau kota. Intinya jauh yang jika harus pulang setiap hari tidak memungkinkan. Dan istri tinggal di rumah 4. Istri kerja jauh di luar daerah sedangkan suami bekerja dekat rumah.  Setidaknya empat gambaran di atas adalah realita yang ada di sekitar kita dan mungkin pembaca adalah bagian dari salah satu di antara 4 model di atas  Diantara keempat model tersebut tentu saja harapan sebagian besar pasangan yang sudah berumahtangga adalah model pertama yakni suami bekerja dekat dengan rumah sehingga memungkinkan untuk pulang setiap hari dan berkumpul bersama kelu

INDIVIDUAL MAKING DECISION

Ada tiga hal yang mempengaruhi seorang pemimpin mengambil sebuah keputusan. Rata-rata unsur paling kuat yang menguatkan dalam mengambil keputusan adalah faktor individu. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut 1. Perseption 2. Motivation 3. Knowledge & Information