Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label pernikahan

BOBOHO LAHIR

4 tahunan, si abang, dulu kami memanggilnya adek, karena belom ada saingan. Tahun 2013 istri saya hamil anak ke 2. Sama dengan yg pertama. Saya juga tetap ketar ketir dan masih terngiang-ngiang dengan ucapan salah seorang ustadz pada saat saya sakit.  Berbekal pengalaman yang pertama, istri saya tidak terlalu khawatir dg kehamilan yg kedua ini. Tapi saya tetap gundah gulana.  Lagi-lagi, dokter jawabannya Kami pergi ke dokter untuk USG dan alhamdulillah baby kami yg kedua katanya normal dan lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki. Padahal semua keluarga berharap yang kedua ini perempuan. Biar lengkap katanya.  Bahkan pada kehamilan yg kedua ini istri sering bolak balik Jawa. Baby yg kedua ini pengalaman naik pesawat 😁 Karena pas mau lahiran juga naik pesawat pulang ke lamongan.  Alhamdulillah berkat doa dari semua keluarga dan sahabat, baby kedua ini lahir.  Dan ternyata beratnya cukup lumayan.  Sekitar 3, 4 kg Berbeda dg yang pertama yg beratnya sekitar 2,5 kg.  Awal-awal bab

SANG BUAH HATI PUN LAHIR

Agak lama kami menunggu sang buah hati. Hingga suatu ketika Allah karunikan kehamilan kepada istri. Kami bahagia dan senang sekali.  Hari demi hari kami menunggu kelahiran sang buah hati.  Gundah gulana menyelimuti pikiran saya.  Suatu ketika saya pernah sakit. Dan ada seorang ustadz yg sempat menyentuh tulang punggung saya.  Dan tiba-tiba beliau berkata "Antum kalau punya anak bisa cacat" Bak petir di siang hari Saya bener-bener tidak menyangka akan mendengar pernyataan  tersebut.  Saya tidak menyalahkan beliau karena beliau tidak tahu saat itu saya akan segera menikah Mendengar penuturan itu saya sangat dihantui ketakutan yang luar biasa.  Siapa sih yg menginginkan anaknya lahir cacat?  Rasanya tak ada orangtua yg menginginkannya kecuali memang sudah ketentuanNya.  Saya baru mau nikah. Udah dibilangin kayak gitu.  Selama masa kehamilan, perasaan saya campur aduk antara senang dan takut.  Untuk mengurangi ketakutan ini, akhirnya kami putuskan untuk pergi ke dokter untuk USG.

TAK BISA MASAK

Usia pernikahan kami memang cukup jauh. Jarak antara saya dan istri sekitar 8 tahunan. Istri saya masih seusia dengan adik saya yang pertama. Bisa dibilang istri saya pas nikah masih sweet seventeen 🤣🤣🤣 Sahabat-sahabat kami yang sudah duluan bertugas di gunung tembak sudah membelikan kami peralatan masak seadanya.  Memang beberapa bulan kami masih menumpang di rumah sahabat yg saat itu kepala madrasah di sana.  SK penempatan rumah pun dibacakan.  Kaget campur sedih ketika pertama kali kami masuk rumah dinas tersebut.  Tak ada kasur Tak ada bantal Tak ada lampu Tak ada ember  Tak ada. . . . .  Tak ada. . . . .  Tak ada ini itu Seorang ustadz sepuh tiba-tiba ikut masuk ke dalam dan memberikan lampu.  Sebelum menempati rumah tsb saya mencoba membeli beberapa perlengkapan seadanya.  Malam hari kami pindah ke rumah dinas ini dengan berjalan kaki sambil mengusung kasur pemberian teman.  Rumah dinas ini dikenal dengan istilah rumah couple. Karena satu rumah dibagi dua dan diper

BAHTERA MULAI BERLAYAR

Akhirnya kerinduan ini terobati setelah sempat LDR an sekitar 3 bulanan kalau tidak salah. Stress pun hilang. Galau pun sirna. Bunga-bunga bersemi kembali setelah bertemu dengan sang pujaan hati. Senyum terus menghiasi hari-hari kami pengantin baru yang sedang dimabuk asmara.  Namun sejatinya ada hal yang mengganjal dalam hati. Niat hati tidak mau kembali ke tempat tugas. Lama di rumah mertua indah. Hingga sebuah dialog singkat terjadi antara sang menantu dan mertua.  "Kamu harus kembali" Itu tanggungjawabmu" Tuturnya di hadapan saya dan istri Saya pun gundah gulana.  Apa iya saya harus kembali.  Akhirnya kami berdua diskusi dan kami  putuskan untuk mengarungi bahtera kehidupan baru bersama-sama. Dengan menaiki pesawat, kami pun balik ke Gunung tembak dengan berat hati.  Sesampainya di bandara, kami dijemput oleh teman yang saat ini bertugas di Batam. 

LDR PENGANTEN MUDA

Kebayang gak penganten baru LDR an? Ya kebayang juga sih. Tapi bagi yang pernah merasakan dan menjalaninya.  Habis bulan madu (biar sedikit romantis pake bahasa bulan madu). Jadi pas bulan madu di Banyuwangi selama sebulan. (Gak usah dibayangin ngapain aja sebulan 😀). Tibalah waktu balik tugas ke gutem.  Sedih 😩😩😩 Sendirian naik bis dari banyuwangi ke Surabaya. Habis itu, naik pesawat menuju Balikpapan. Balik sendirian dan tugas sendirian. Tanpa ditemani sang permaisuri 🤣🤣🤣 Satu bulan rasanya stress luar biasa. Pusing tujuh keliling pokoknya. Komunikasi hanya lewat telpon seluler.  Pagi, siang, sore malam telponan terus. Khawatir diambil orang 🤣 Atau sekedar tanya kabar.  Ternyata rindu ini semakin membuncah.  Saya harus pulang. Batin saya Maka dicari lah alasan demi alasan agar saya bisa pulang. Hanya untuk mengobati rindu Maka saya pun pulang naik  pesawat. Dengan satu harapan ketemu istri tercinta 🥰🥰🥰