Dua hari lagi kita akan memilih calon presiden dan calon wakil presiden untuk memimpin bangsa dan negara ini lima tahun ke depan.
Setiap orang pasti sudah memiliki pilihan diantara ketiga paslon yang ada. Tentu dengan semua pertimbangan dan alasan masing-masing. Semua pihak terus bersikukuh dengan alasan dan logika masing-masing. Tak mau kalah jika berdebat. Bahkan terkadang lebih parah lagi tak bisa membedakan antara data dan emosi. Antara yang hak dan yang bathil. Yang penting jagoannya menang.
Memang memilih pemimpin itu penting. Bahkan sangat penting sekali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bisa dibayangin jika sebuah bangsa besar seperti Indonesia tak memiliki pemimpin, maka bisa terjadi chaos dimana-mana. Atau punya pemimpin tapi tidak kapabel. Sehingga banyak kebijakan yang merugikan dan menyengsarakan rakyat.
Dulu, saya juga sangat fanatik dengan salah satu paslon. Bahkan terkadang terlibat dalam debat-debat yang lebih banyak emosinya daripada data dan faktanya. Mungkin kawan-kawan juga demikian. Mungkin demikian juga kawan-kawan juga pernah mengalami hal yang sama.
Coba ingat kembali semua peristiwa 5 tahun yang lalu dimana hampir saja kita bermusuhan dan saling curiga antar satu pendukung dengan pendukung lainnya. Karena saat itu, hanya ada 2 paslon yakni pak Jokowi dan Pak Prabowo. Coba ingat kembali. Habis itu apa? Ternyata kita kembali pada kehidupan normal dimana problematika hidup kita bukan semata tentang hari pemilihan dan pencoblosan. Bahkan habis coblosan pun mungkin kita masih cari hutangan agar bisa makan pada hari itu. Mungkin kita masih cari hutangan untuk bisa nyicil tagihan-tagihan kita.
Mungkin juga ada kemudahan-kemudahan yang dibuat karena kebijakan presiden. Dan tentu saja itu wajar. Karena memang itu yang kita inginkan. Tetapi bukankah hidup ini kita sendiri yang harus memperjuangkannya. Bukan orang lain.
Maka ada benarnya apa yang dikatakan oleh seorang ulama yang alim yakni Gus Baha' bahwa selama kita menggantungkan kehidupan kita kepada manusia maka kita akan mendapatkan kekecewaan demi kekecewaan. Pernah dipimpin Pak Karno, kecewa. Trus digulingkan. Pernah dipimpin pak Harto, Pak Habibi, Gus Dur, Bu Mega dan Pak SBY.
Memang di zaman pak SBY kehidupan berbangsa dan bernegara terasa lebih aman dan damai. Tapi bukan berarti zaman pak SBY tanpa celah dan kekurangan. Maka bersikap wajarlah menjadi pemilih. Tidak usah terlalu fanatik tapi tidak juga golput.
Walaupun dalil ini juga tetap akan dipatahkan jika bertemu dengan lawan politik karena beda pilihan.
Jadi hemat saya, pilihlah pilihanmu jika itu yang terbaik menurutmu. Tapi tetap saja kamu harus berjuang untuk anak istrimu, makan mereka, listrik mereka, air mereka dan semua yang menjadi tanggung jawabmu, kamu yang harus berjuang.
Ini hanya sekedar saran saja. Sebab kita hanya memilih atau orang awam yang tidak punya akses ke sana.
Memang yang punya koneksi dan akses, tentu akan mendapatkan cipratan dan sebagainya
Sehingga saya pun tak terlalu heboh dan pusing dengan hiruk pikuk coblosan.
Habis nyoblos, ya saya ke sawah. Cek jagung saya. Bersih-bersih rumah, bantu kerjaan istri. Main sama anak-anak.
Saya tetap dukung salah satu paslon. Tapi biasa saja. 😇😇😇
Komentar