Semua orang normal pasti berharap dan mengimpikan memiliki pasangan sehidup semati. Lewat jalur resmi yakni menikah yang sah dan benar secara agama dan negara tentunya akan memberikan efek positif berupa ketenangan batin karena proses menikahnya dihadiri dan diketahui oleh banyak orang melalui walimahan.
Ada banyak bekal yang harus disiapkan okeh setiap orang yang akan mengarungi bahtera rumah tangga baik sandang, pangan dan papan. Ketiganya akan terus menerus dibutuhkan selama manusia itu hidup atau selama sebuah rumah tangga berlangsung. Terlebih lagi jika dikaruniai anak, satu anak, dua anak, tiga anak dan seterusnya maka ketiga bekal tersebut akan terus dibutuhkan dan harus terus diusahakan.
Selain ketiga bekal yang sudah umum dalam pemahaman masyarakat umum ada bekal penting lainnya yang harus juga disiapkan dan dipelajari sejak sebelum seseorang memutuskan akan mengarungi bahtera rumah tangga yakni KOMUNIKASI.
Setiap manusia pasti akan berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Baik komunikasi dengan diri sendiri, dengan orang lain seperti antara anak dengan kedua orang tuanya, komunikasi antara suami dan istri dan komunikasi masyarakat. Semuanya akan terlibat dalam interaksi dan komunikasi.
Ada pepatah mengatakan lidah tak bertulang. Lidah bisa lebih tajam dari pedang dan istilah-istilah lainnya yang menunjukkan serta menegaskan bahwa komunitas itu bisa berdampak positif dan juga bisa berdampak negatif. Lebih-lebih dalam hubungan rumah tangga.
Ada satu penelitian yang menyimpulkan bahwa penyebab utama perceraian adalah intonasi suara dalam komunikasi. Bahkan faktor ini disebutkan sampai dengan 70%. Sedangkan 30% berikutnya disebabkan oleh faktor lain. Hasil penelitian ini memberikan semacam satu kesimpulan penting bahwa komunikasi dalam rumah tangga itu bukan urusan sepele dimana kenyataannya sebuah ikatan rumah tangga yang dibangun bertahun-tahun bisa berujung pada perceraian hanya diakibatkan oleh intonasi suara pasangan suami istri.
Dan dari sini pula maka perlu bagi setiap orang yang akan mengarungi bahtera rumah tangga agar belajar cara berbicara yang baik dan benar, cara berkomunikasi antara suami dan istri serta antara anak dan orang tua.
Selain masalah intonasi ada juga faktor penyerta yang juga perlu diperhatikan oleh setiap pasangan suami istri. Sebab keduanya memiliki beban yang sama-sama berat. Suami berat tanggung jawabnya. Istri juga berat tanggung jawabnya.
Diantara waktu-waktu tersebut adalah
1. Bangun tidur
2. Menjelang tidur
3. Pada saat makan
Ketiga waktu tersebut adalah waktu-waktu dimana suami dan istri harus berhati-hati dalam berbicara.
Yang pertama bangun tidur adalah kondisi dimana kesadaran seseorang belum sepenuhnya kembali. Sehingga salah bicara apalagi dengan intonasi yang tidak pas juga bisa berujung masalah.
Yang kedua menjelang tidur adalah kondisi dimana seseorang ingin mendapatkan kualitas istirahat yang baik. Jika ada komunikasi yang kurang pas pada saat menjelang tidur maka itu juga akan berdampak negatif pada suasana batin dan kualitas istirahat serta kualitas konsentrasi suami dan istri.
Yang ketiga pada saat makan bersama. Moment kebersamaan di sini harus diisi dengan komunikasi yang ringan dan rileks serta santai. Makanan jadi tidak enak jika disertai dengan salah bicara atau intonasi yang tidak pas.
Selain ketiga kondisi tersebut ada juga beberapa kondisi dimana bicara itu harus berhati-hati seperti setelah capek seharian bekerja, atau sedang dalam kondisi suasan batin kurang bahagia. Maka kedua kondisi ini usahakan agar berhati-hati dalam berbicara.
Maka sebagai kesimpulan
1. Makan, minum, tidur itu adalah kebutuhan. Pun demikian bicara adalah kebutuhan primer sebagaimana ketiga hal tersebut
2. Intonasi harus diperhatikan dalam berbicara
3. Perhatikan kondisi dan situasi yang menyertai ketika akan berbicara.
Dan yang paling pokok kalau sudah pasangan bicara maka dwngarkanlah dengan seksama. Karena itu akan menunjukkan bahwa dihargai dan ada saling repeck antara keduanya.
Semoga bermanfaat
Komentar