Pada tulisan kedua dari judul "Setahun Jadi Kiai" kali ini saya akan menguraikan dari sisi komunikasi. Komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi antar pengasuh, komunikasi antara pengasuh dengan santri dan komunikasi antara pengasuh dengan wali santri.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa urusan komunikasi merupakan urusan yang sangat urgen. Seurgen kebutuhan manusia terhadap sandang, pangan, papan, kuota dan jalan. Artinya tidak ada orang yang tidak butuh terhadap semua hal tersebut. Bisa dibayangkan di zaman saat ini orang yang tidak punya HP atau kuota betapa sangat tersiksa hidupnya.
Terkait dengan komunikasi antar santri. Maka di sini bisa dipetakan beberapa hal sebagai berikut
KOMUNIKASI ANTAR SANTRI
1. Karakter yang bervariasi
Pondok manapun, besar atau kecil atau baru ada sekalipun akan menghadapi realita ini yakni karakter dan watak santri yang berbeda-beda. Sangat variatif sekali.
Maka menghadapi antara satu dengan santri lainnya diperlukan pendekatan yang berbeda pula. Alasannya ya itu tadi. Karakter dan wataknya berbeda. Sehingga memang cukup menyulitkan bagi para pengasuh untuk melayani semua macam karakter tersebut. Tapi bagaimana pun itu adalah tantangan tersendiri. Dan ilmu tersendiri ketika didalami dan didampingi dengan ilmu.
2. Bahasa yang variatif
Masing-masing daerah memiliki bahasa tersendiri. Itu yang disebut mother language. Bahasa ibu. Yakni bahasa pertama yang menjadi alat komunikasi antara si anak dengan kedua orang tuanya.
Ada yang berbahasa Jawa. Ada yang berbahasa Madura. Ada yang berbahasa Bugis. Dan berbagai variasi bahasa lainnya. Untungnya ada bahasa pemersatu yakni Bahasa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia maka komunikasi bisa cukup lancar komunikasi nya. Hanya saja ada sedikit penekanan atau lebih tepatnya larangan menggunakan bahasa daerah karena dikhawatirkan tidak dipahami oleh yang lain atau ada unsur celaan yang sengaja diungkapkan dengan bahasa daerahnya.
KOMUNIKASI ANTAR PENGASUH
Tak dapat dipungkiri bahwa dalam komunitas manapun komunikasi juga merupakan saluran atau media untuk mengungkapkan perasaan, ide, gagasan dan pendapat.
Pengasuh pun juga memiliki latar belakang yang variatif dan bahasa yang juga variatif. Termasuk karakter yang variatif.
Terkait karakter, ada pengasuh yang sangat fast respon. Tapi ada juga yang slow respon. Bahkan walaupun ditetapkan sebuah SOP pelayanan komunikasi tetap saja slow respon. Walaupun bertambah cepat, tapi belom sesuai harapan.
KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH DENGAN WALI SANTRI
Menurut saya ini yang paling unik selama saya mengelola pesantren. Kalau pengalaman saya pribadi dahulu yakni sekitar tahun 1997 sampai tahun 2003, komunikasi antara pengasuh dengan wali santri bukan sesuatu yang menjadi perhatian utama.
Beda dulu. Beda sekarang.
Sekarang alat atau media komunikasi sudah sangat banyak. Apalagi sejak ada media sosial seperti Facebook, Whatsapp, TELEGRAM dan lainnya. Sekarang semuanya bisa dibuatkan group. Group komunikasi ataupun group apalah namanya.
Dengan kemajuan media sosial seperti saat ini, maka perilaku masyarakat khususnya wali santri pun berbeda. Wali santri ingin terlibat lebih dalam terkait proses pendidikan anaknya selama di pondok.
Wali santri ingin tahu anaknya sedang apa, berkegiatan apa. Atau sehat dan sakitnya.
Jadi ini semacam sebuah kesimpulan bahwa ada perubahan perilaku wali santri antara zaman dahulu dengan zaman sekarang.
Dan ini menjadi pengalaman tersendiri bagi saya untuk mengkaji lebih jauh pola dan model komunikasi yang pas.
Dulu pas saya pegang humas maka cukup dengan seorang saya bisa menghandle semua komunikasi. Tapi waktu terus berubah. Tak bisa semua orang disamakan dengan saya. Ya itu tadi. Masing-masing orang memiliki karakter dan watak yang berbeda-beda.
Termasuk membuat jadwal penelponan, penjengukan yang langsung dibuat satu semester. Tujuannya agar lebih mudah dan lebih lancar.
Semoga bermanfaat
Komentar