Setiap ada moment mantenan, jagongan adalah istilah yang sering saya dengar. Tapi saya belom pernah mengikuti prosesi jagongan. Walaupun sudah sekitar empat tahunan saya tinggal dan menetap di Jawa Timur. Tepatnya di Kabupaten Lamongan.
Jagong bisa diartikan ngerumpi, ngobrol ngalor ngidul, kumpul-kumpul di malam hari sambil menunggu tamu, sambil ngopi, dan ngemil kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Sebagai bagian dari warga sekitar yang memiliki hajat mantenan, maka jagongan merupakan tradisi yang kayaknya harus diikuti oleh tetangga sekitar. Walaupun sekali lagi saya gak kuat kalau harus melek bengi atau malam. Bukan nggak suka. Tapi gak kuat. Mata selalu ngajak untuk segera tidur.
Selain jagongan, tentu saja alunan lagu campur sari dan dangdut koplo juga menyertai setiap sesi acara. Termasuk acara jagongan. Saya pun kurang suka. Sound system yang memekakan telinga bikin saya pusing dan sakit kepala. Bahkan sampai harus pakai bantal untuk menutupi suara sound system dan musik pengiringnya.
Mungkin banyak hal yang didiskuaikan pada saat jagongan. Ya pokoknya ngalor ngidul lah. Apalagi moment mantenan banyak sekali dilakukan habis ramadhan. Mulai bulan syawal, dzul qoidah dan bulan haji. Ketiga bulan ini banyak sekali masyarakat yang melangsungkan pernikahan. Selain itu juga menghindari bulan Syuro atau Muharram. Walaupun secara alasan lebih banyak pada hal yang bersifat mistis dan anggapan yang tidak berdasar ilmu.
#hanyarenungan
Komentar