Selama saya mengajar di pesantren hampir saya belom mendapati buku khusus tentang panduan mengelola pesantren. Kecuali belakangan ini saya mendapati satu dua buku yang mengulas seputar pesantren. Sangat berbeda jauh dengan mengelola lembaga pendidikan formal dimana banyak sekali buku-buku pedoman dan tata cara mengelola lembaga pendidikan formal. Adapun jurnal, penelitian berupa skripsi, tesis pernah saya dapati di internet. Sedangkan buku-buku parenting atau pengasuhan kebanyakan membahas tentang pola-pola pengasuhan di keluarga.
Ada pertanyaan yang perlu kita gali jawabannya. Setidaknya pertanyaan ini harus saya jawab sendiri dengan banyak bertanya, berdiskusi dan membaca referensi yang ada. Pertanyaan tersebut kenapa tidak ada buku panduan khusus tentang tata cara mengelola pesantren?
Mungkin ini jawabannya
Pertama, pola kepemimpinan pesantren menggunakan pola sentralistik yakni berpusat pada satu atau tim kiai atau ada juga yang dikenal dengan dewan masyayikh/dewan kiai.
Tentu saja pola ini berbeda sekali dengan pola sekolah umum dimana akan didapati pembagian wilayah wewenang dan tanggung jawab jelas sekali. Salah satunya melalui tupoksi.
Standar kerja dan standar nilai ada pada sosok kiai kalau di pondok pesantren. Semua kebijakan berpusat pada kiai. Apa yang menjadi ketetapan kiai itulah keputusan, aturan dan standar nilainya.
Tentu saja pola ini memiliki kelebihan dan kekurangan jika ditinjau dari sudut pandang manajemen modern. Teepusatnya segala hal pada sosok kiai menjadikan adanya satu komando atau perintah. Tidak ada dualisme dan tidak ada kata menolak tapi harus dilaksanakan. Sebagaimana budaya di pesantren sangat kental dengan nuansa ketaatan dan ketawadhu'an. Para santri akan senang dan ridho jika mendapatkan amanah dan tugas dari kiai.
Kedua, nilai kesederhanaan.
Mungkin. Ini hanya analisis pribadi. Kalau di pondok pesantren tidak dikenal yang namanya perencanaan. Semuanya berjalan seperti air mengalir. Yang saya maksud dengan perencanaan adalah perencanaan tertulis. Apa yang mau dibangun pada tahun ini hanya ada pada inspirasi sosok kiai. Bukan di RAB. Sehingga nilai kesederhanaan ini sangat sering didapati bahkan sampai saat ini.
Walaupun demikian saat ini pesantren sudah mulai menata pola-pola pengelolaannya. Namun sosok kiai adalah sosok sentral sebagai perencana, pengendali bahkan pengambil keputusan.
Ketiga, aspek pengasuhan
Pondok pesantren menjadikan dan melihat sosok kiai adalah pengasuh utama dan pertama. Walaupun di bawahnya ada ustadz dan ustadzah senior, mereka hanya pelaksana. Bukan perencana, pengendali ataupun pengambil keputusan.
Inilah beratnya menurut saya. Sebab untuk menjadi sosok sentral setidaknya diperlukan beberapa hal yang sifatnya berupa nilai-nilai keteladanan seperti memiliki muru'ah dan sopan santun yang tinggi, keilmuan yang mumpuni yang biasanya dibuktikan dengan kemampuan membaca dan menjelaskan referensi kitab kuning bahkan kemampuan memberikan ceramah atau tabligh akbar. Semua ini tidak mudah. Selain itu ada sisi lain yang sangat penting yakni sisi nasab. Artinya mereka jelas nasabnya. Siapa bapaknya, siapa kakeknya yang jika dirunut semua adalah tokoh-tokoh hebat dan berpengaruh.
*tulisan ini hanya opini pribadi.
Semoga bermanfaat. Aamiin
Komentar