Sebelum saya mengurai tentang pemimpin atau kepemimpinan dalam tulisan ini, perlu saya garisbawahi bahwa tulisan ini hanya renungan semata dan perspektif pribadi. Jadi bukan pendapat pakar atau siapapun. Murni hasil renungan pribadi.
-------------------------------------------------------------------------
Berbicara tentang pemimpin secara teoritis mungkin sudah banyak sekali orang atau pakar yang mengulas tema kepemimpinan bahkan sudah banyak buku yang bertebaran di toko-toko buku yang menjelaskan tentang tema kepemimpinan. Demikian juga training-training leadership banyak diadakan di mana-mana. Semua itu bagus. Karena pakar sudah menjelaskan teori dan cara menajdi pemimpin.
Dalam tulisan ini saya akan mencoba mengulas sedikit tentang cara melahirkan pemimpin menurut kaca mata sirah nabawiyah. Artinya menurut tahapan-tahapan ataupun langkah-langkah yang dijalani dan dilalui nabi Muhammad SAW sebelum beliau menjadi dan diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Tentu saja kalau langsung memakai dalil naqli tulisan ini tidak perlu dilanjutkan. Sebab ada juga sebagian kalangan yang bisa langsung menghentikan pembahasan seperti ini dengan mengatakan bahwa nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan, itu sudah ketentuan dan takdir Allah SWT, dan pendapat semisalnya.
Mari kita coba ulas sedikit demi sedikit sambil mengambil intisari dari perjalanan nabi Muhammad SAW khususnya sebelum beliau diangkat menjadi nabi.
Paling tidak ada 5 tahapan atau hal yang harus dilalui oleh seseorang untuk menjadi seorang pemimpin. Dan hal ini bisa dimulai dari memahami caranya sebelum selanjutnya mempraktikkan dalam kehidupan nyata.
1. Tahap yatim
Yatim secara biologis berarti tak punya bapak. Jika dipahami secara tekstual untuk menjadi pemimpin harus yatim dahulu. Tentu tidak demikian. Yang dimaksud yatim di sini adalah mandiri atau tidak bergantung kepada orang lain. Tentu saja disesuaikan dengan level masing-masing. Seorang anak kecil atau remaja harus sudah mulai dilatih agar memiliki jiwa pemimpin.
Latihan fase yatim bisa banyak sekali atau variatif. Salah satunya adalah seorang anak harus mampu mengurus keperluan belajarnya sendiri, merapikan pakaiannya sendiri, merapikan tempat tidurnya sendiri dan sebagainya.
Dalam perspektif yang lain yatim bisa secara psikologis yakni kehilangan model atau tidak punya model atau contoh nyata. Bahwa seseorang bisa jadi pemimpin karena ada proses modelling atau peniruan. Dari sini kita juga bisa ambil sebuah pelajaran penting baik sebagai guru ataupun sebagai orangtua agar memerankan diri sebagai model dan contoh bagi para murid atau anak-anaknya.
2. Tahap menggembala
Secara tekstual nabi Muhammad SAW pernah menggembala kambing. Demikian juga para nabi-nabi yang lain mereka juga menggembala kambing. Apakah untuk menjadi pemimpin harus menggembala kambing? Tentu bukan itu yang dimaksud. Sebab banyak juga penggembala kambing yang juga tidak jadi pemimpin.
Intisari dari tahap kedua ini adalah berjiwa besar. Bahwa ketika memimpin akan banyak hal yang tidak sesuai dengan standar atau nilai yang kita inginkan. Dan untuk menyikapi hal ini dibutuhkan sikap jiwa besar.
Permisalan dari kambing adalah kambing itu susah-susah gampang diatur nya. Demikian juga manusia, ada yang mudah diatur, ada yang susah diatur. Maka ketika menemukan hal-hal yang sulit, tidak langsung patah semangat dan putus asa. Tapi mencoba untuk berjiwa besar menghadapi semuanya.
3. Tahap berdagang
Kalau tahap ini mungkin lumayan mudah untuk membuat analoginya. Berdagang bisa saja identik dengan finansial atau istilah lainnya saat ini adalah enterpreneurship yakni semangat berusaha, semangat berkarya. Intinya memiliki semangat untuk terus belajar, berlatih dan mencoba.
4. Tahap berkeluarga
Seorang pemimpin juga harus matang secara emosional.
5. Tahap kontemplasi
Bersambung
Komentar