Banyak kisah sukses yang sering disampaikan oleh mereka orang-orang yang sukses. Baik sukses dalam akademik pendidikan, pekerjaan dan finansial atau apa saja yang menurut mereka adalah sebuah kesuksesan.
Banyak dari mereka yang sukses itu lahir dari sebuah pendidikan yang keras. Utamanya ketika kecil. Di antara mereka ada yang pernah dipukul oleh bapaknya gara-gara terlambat ngaji. Bukan bolos ngaji tapi baru terlambat. Ada yang disuruh berhenti makan gara-gara ketika sedang makan sendoknya berbunyi. Dan masih banyak lagi kisah-kisah yang sebenarnya tidak nyaman, sedih dan menyakitkan. Tapi mereka saat ini menikmati buah dari pendidikan keras itu. Mulai dari tekad yang kuat, prinsip hidup yang penuh dengan nilai, nilai-nilai adab. Semua itu diperoleh melalui proses pendidikan yang berat.
Salah satu kisah yang juga pernah disampaikan adalah ketika ada info atau laporan dari guru bahwa si anak nakal atau bolos dan dihukum oleh pak atau bu Guru, maka si bapak akan memberikan bonus tambahan yakni hukuman tambahan. Karena itu dinilai kurang ajar kepada guru.
Intinya para orangtua dahulu pasrah dan ikhlas menyekolahkan atau mondokin anaknya.
Bagaimana dengan sekarang?
Rasanya sulit untuk dibahasakan dan diuraikan tapi semua tahu. Bagaimana saat ini guru atau ustadz benar-benar tidak punya marwah.
Seorang anak dijewer sedikit oleh gurunya, maka si guru siap-siap mendekam di sel tahanan.
Tentu saja guru bukanlah manusia suci dan bersih. Mereka juga memiliki kekurangan. Tapi ta'dhim dan ikrom kepada mereka sudah berkurang jauh dari pendidikan terdahulu.
Salah satu contoh yang bisa ditemui saat ini adalah seorang guru tidak akan disapa dan ditegur jika si guru belom mengajar siswa dan siswi tersebut. Beda dengan pendidikan terdahulu para guru baik mengajar atau tidak mengajar mereka semua adalah guru yang harus dihormati dan ditaati.
Kondisi ini tentu harus menjadi renungan bersama baik oleh para orangtua ataupun oleh para guru. Karena orangtua adalah orangtua atas anak-anak nya. Dan guru juga memiliki anak-anak yang juga sekolah atau mondok.
Saya sampai merenung mendalam. Bukankah kurikulum di Negeri ini sudah ganti berkali-kali. Tapi kenapa masalah moral justru semakin merosot?
PR untuk kita semua 🙏
Komentar