Benar-benar pertanyaan itu sedikit memaksa saya untuk berfikir keras dan belajar. Kenapa dengan pengabdian. Maka di sini saya akan sedikit mengurai tentang PERSPEKTIF atau SUDUT PANDANG.
Pada saat seorang santri masih nyantri, maka yang akan selalu menjadi bahan pembicaraan, obrolan, rasan-rasan atau gosip adalah sepak terjang ustadz atau ustadzah nya. Iya kan?
Kenapa para guru atau ustadz dan ustadzah menjadi objek atau pusat pembicaraan. Karena memang hidup di tengah-tengah manusia tidak akan ada yang namanya sempurna. Di mata guru si A punya kelebihan dan kekurangan. Pun demikian dalam kaca mata santri ustadz A punya kelebihan dan juga punya kekurangan. Artinya akan selalu ada plus minus pada setiap sesuatu. Itulah yang dinamakan perspektif.
Ketika nyantri, mungkin santri akan mengatakan "Huh, enak jadi ustadz. Tinggal nyuruh ini itu! Dan ungkapan lain yang semisal dengan ungkapan di atas. Artinya pada saat itu si santri menggunakan perspektifnya. Dan itu sah-sah saja selama tidak menebarkan berita bohong atau tuduhan. Pada saat seperti ini si santri sedang belajar menggunakan perspektifnya.
Maka dengan adanya pengabdian bagi santri dihadapkan kelak mereka akan memiliki sudut pandang yang lain bahwa menjalani sebuah profesi yang selama ini menurut si santri enak dan nyaman, maka tatkala dia menjalani pengabdian dia akan berada di posisi dimana si guru dulu dirasanin. Sehingga dengan demikian akan terbukalah perspektifnya dan si santri akan semakin membuka kemungkinan-kemungkinan dan pilihan-pilihan dalam berpendapat.
Dulu dia adalah seorang santri yang selalu menyoroti semua gerak gerik ustadz dan ustadzah nya. Sekarang dia menjadi ustadz atau ustadzah. Di sinilah dia harus belajar memposisikan diri karena saat ini dia menjadi objek atau disoroti oleh para santri.
Bersambung. . . .
Komentar