Dalam sebuah sesi pembelajaran saya pernah menyampaikan kepada pada santri bahwa andai Nabi Muhammad SAW berpikir praktis pragmatis niscaya islam ini tidak akan sampai kepada kita. Niscaya nabi Muhammad SAW tidak akan capek-capek berperang, terluka, patah gigi beliau SAW dan banyak sahabat yang terbunuh di medan jihad.
Andai nabi Muhammad SAW berpikir praktis pragmatis, niscaya nabi Muhammad SAW akan menerima semua tawaran kafir Qurays yang berupa tahta, harta dan wanita.
Andai nabi Muhammad SAW berpikir praktis pragmatis niscaya beliau SAW akan fokus bekerja mencari nafkah untuk keluarga, bangun rumah, bangun bisnis dan sebagainya.
Andai siti Khadijah ra berpikir praktis pragmatis, niscaya beliau tidak akan mengorbankan harta kekayaan beliau untuk menopang dakwah nabi Muhammad SAW.
Dua profil dan tokoh panutan ummat tersebut jauh dari itu semua. Mereka melihat sebuah visi, masa depan dimana untuk mewujudkannya diperlukan perjuangan dan pengorbanan.
Bukan tidak boleh kita berpikir praktis pragmatis. Sesekali boleh jika diperlukan. Namun seorang muslim adalah mereka yang melihat visi dan harapan dari semua perjuangan dan pengorbanannya. Oleh karena itu mereka menjauhi berpikir praktis pragmatis.
Komentar