Seorang santri mengirim beberapa pertanyaan melalui email saya. Tertulis di dalamnya beberapa pertanyaan terkait kebijakan lembaga yakni pengabdian bagi santri Darul Madinah Madiun khususnya santri MA Darul Madinah.
Pertanyaan tersebut ada sekitar lima buah yang semuanya berfokus pada satu tema besar yakni pengabdian. Awalnya saya cukup kaget kenapa santri ini menanyakan kebijakan yang selama ini sudah berjalan cukup baik. Namun saya coba untuk merenungi pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mencoba untuk menjawab dan menjelaskannya.
Saya berangkat dari sebuah frasa bahwa hidup itu adalah pengabdian. Pengabdian kepada sang Pencipta alam semesta. Artinya seorang muslim atau mukmin akan senantiasa mengabdikan diri dan hidupnya untuk sang Pencipta alam semesta. Bahkan makna dari ibadah itu sendiri adalah menghamba. Menghamba kepada sang Pencipta alam semesta. Mungkin jawaban ini retoris tapi jika direnungkan secara mendalam akan kita temukan bahwa hidup itu memang pengabdian.
Hanya saja kata ini yakni mengabdi atau pengabdian untuk mereka pada remaja merupakan hal yang masih cukup asing. Sebab dunia mereka bukanlah dunia pengabdian. Dunia mereka adalah dunia happy happy dan senang-senang. Setidaknya itu gambaran umum kalangan remaja saat ini. Tentu saja ini bukan untuk mengeneralisir semua remaja atau pemuda. Hanya sebagian kecil diantara mereka yang sudah terbiasa dengan kata pengabdian dan mengabdi.
Maka untuk menumbuhkan semangat pengabdian bukan sekedar retorika penyemangat yang harus selalu disampaikan. Melainkan pendampingan atau istilah lainnya mereka harus dierami agar kelak mereka siap mengabdikan diri dalam kehidupan. Melalui proses tarbiyah, tazkiyah dan ta'limah yang intens maka insha Allah akan tumbuh pada jiwa-jiwa remaja tersebut keinginan untuk mengabdi.
Komentar