Setiap tahun pesantren Darul Madinah Madiun selalu ada suasana baru. Yakni pergantian dan penyegaran SDM pengasuhan dan muhafidhoh. Berdasarkan pengalaman riil yakni kunjungan ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dalam rangka mencari dan menjaring SDM, rata-rata atau semuanya tidak ada yang memberikan SDM alumninya dengan alasan ditugas di internal lembaga atau pesantren mereka sendiri.
Pesantren Darul Madinah Madiun memiliki kekhasan tersendiri sebagaimana pesantren lainnya yakni adanya wiyata bhakti atau pengabdian bagi para alumninya di lembaga yang telah membesarkan dan mendidiknya. Rata-rata pesantren yang ada mewajibkan alumninya pengabdian selama setahun pasca lulus tingkat SMA atau MA setiap tahunnya. Contoh yang paling konkrit adalah pesantren Gontor baik putra maupun putri. Semuanya wajib pengabdian selama setahun.
Para alumni yang melaksanakan pengabdian ini tentu saja veriatif. Ada yang kualitasnya top, middle. Ada juga yang low. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya dan ukuran apa yang kita pakai. Yang pasti mereka adalah SDM yang masih fresh, segar, masih muda dan energik, dan masih sangat memungkinkan untuk dipoles dan dikembangkan serta ditingkatkan skill dan kompetensinya.
Namun demikian SDM baru ini juga memberikan tantangan tersendiri. Diantaranya
1. Masih labil
Karena mereka masih remaja. Walaupun sudah ada diantara mereka yang sudah dewasa dari sisi sikap dan tangungjawabnya. Pribadi yang moody alias berubah-ubah sesuai mood yang sedang muncul dan melanda. Karena labil, jadi masih mudah tersinggung, baper dan bad mood.
2. Reaktif
Remaja umumnya masih reaktif. Cepat sekali merespon segala sesuatu yang bersumber dari eksternal tanpa menimbang-nimbang, memproses lebih detail dan melihat dari sudut pandang yang lain. Walaupun demikian ini adalah pembelajaran bagi mereka. Sebab tidak ada pribadi yang ujug-ujug dewasa.
3. Gak mau tahu
Terkadang tugas sudah jelas, SOP juga sudah jelas, kode etik juga sudah jelas. Semua aturan sudah jelas. Namanya remaja kalau lagi kambuh sikap acuh tak acuhnya, seberat apapun sanksi dan hukuman yang diberikan dia akan tetap santri dan tak peduli. Kuncinya ada di pendekatan dan komunikasi.
Semoga bermanfaat. Aamiin
Komentar