Salah satu pengalaman yang sangat berharga dalam perjalanan ber-literasi adalah kesungguhan dan pantang menyerah. Tentu saja masing-masing orang beda-beda. Ada yang cepat dalam mengurai ide menjadi tulisan. Ada juga yang bingung mau diapain idenya. Saya termasuk yang kedua. Hampir 5 tahunan berusaha menjadi seorang penulis. Namun tak kunjung terwujud. Sementara para santri sudah ada yang berhasil menerbitkan karyanya.
Kadang muncul perasaan jangan-jangan bakat saya bukan menulis. Ketika bisikan ini muncul saya pun langsung berhenti total menulis. Dan menyibukkan diri dengan berbagai macam aktifitas mengajar dan lainnya. Namun terkadang keinginan untuk menulis ketika membaca buku-buku karya orang lain yang dalam penilaian saya pribadi "biasa-biasa saja". Dari penilaian tersebut kadang saya bertanya kepada diri sendiri " Masak saya gak bisa menulis kayak orang tersebut? ".
Sebuah tulisan pernah menyadarkan saya bahwa everyone has a it's time. Setiap orang punya waktu dan masanya. Ada yang ditakdirkan jadi presiden di usia muda. Tapi ada juga yang ditakdirkan jadi presiden di usia lanjut. Ya semuanya punya waktu masing-masing.
Pesan saya jangan liat saya yang saat ini. Tapi lihatlah saya 5 tahun lalu yang nerjibaku dengan kebingungan karena tak kunjung bisa menulis satu tulisan pun. Memang saat ini sudah sekitar 12 buku dan kitab yang saya tulis. Pada tahapan ini pun saya juga sedang bingung mau nulis apa lagi?.
Kalau orang bertanya bagaimana caranya agar santri mau menulis? Maka jawaban ini sudah saya tuangkan dalam sebuah buku duet dengan sahabat saya yang sekaligus wali santri juga. Salah satunya adalah dibuat kebijakan atau aturan. Semisal kalau di sekolah saya dibuat aturan sebagai syarat kenaikan kelas dan kelulusan. Alhamdulillah dua tahun terakhir aturan ini membuahkan hasil. Tahun pertama terbit 6 buku. Dan tahun kedua terbit 5 buah buku.
Jadi?
Komentar