Semua sepakat bahwa profesi guru atau pengasuh adalah profesi yang mulia. Baik dengan menjadi guru itu sendiri. Menjadi pengasuh itu sendiri atau karena memang tugas itu adalah tugas utamanya yakni sebagai orangtua.
Tulisan ini bukan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah yang memang belom memberikan penghargaan yang semestinya kepada para guru. Lebih-lebih kepada guru agama pengajar TPQ, para ustadz yang mengajar di Musholla atau langgar tiap malam.
Tulisan ini bertujuan untuk mengajak para guru untuk merenungkan satu hal yakni visi.
Bicara visi tentu saja bersifat abstrak dan jauh ke depan. Sesuatu yang ingin diwujudkan di masa yang akan datang adalah visi.
Visi memang akan mudah diingat dan dihafal jika ditulis dan dipampang di kantor atau dimanapun yang menurut kita memberikan energi positif untuk fokus pada visi.
Namun visi bukan sekedar sebuah tulisan tanpa makna dan pemahaman apalagi sekedar dihafal hanya karena takut tidak bisa menjawab ketika ditanya oleh pejabat di atasnya.
Lebih dari itu, visi akan mudah digambarkan jika seorang guru memiliki ketajaman batin atau intuisi. Maka untuk memiliki hal ini, seorang guru harus memiliki kesucian dan kebersihan fikir dan hati. Tanpa kedua hal ini, maka aktifitas harian seorang guru tidak lebih dari sekedar administratif belakang yakni hanya sekedar menyelesaikan pekerjaan, memenuhi jam kerja, dan absen kehadiran. Maka merugilah jika rutinitas seorang guru hanya sekedar itu saja. Sebab hal tersebht hanya casing belaka. Sedangkan aspek ketajaman fikir dan hati tidak mendapatkan porsi yang semestinya dari seorang guru.
Maka ada baiknya jika kita mendapati anak didik kita sulit diatur. Hal tersebut bisa jadi karena kurangnya sentuhan jiwa dan ruhani seorang guru.
Maka sebelum terlambat, mari kita perbaiki ruhiyah dan jiwa kita agar visi yang ingin kita wujudkan benar-benar terejawantah dalam sikap dan perilaku kita.
Komentar