Kata berkah seakan-akan redup dan hilang dari kosa kata dan keseharian kaum Muslim kecuali berkat yang menjadi penanda seseorang habis menghadiri undangan akikahan, walimah atau doa kematian.
Kata berkah seakan-akan asing di ruang kelas. Juga asing dalam proses pembelajaran. Demikian juga kata ini juga asing dalam ikatan rumah tangga.
Dimanakah kata berkah itu saat ini?
Kalo berkaitan dengan menuntut ilmu rasanya kosakata ini jarang juga terucap dari lisan para santri maupun wali santri. Rata-rata kosakata yang acapkali disebut adalah prestasi, skill atau keterampilan.
Pun demikian di sekolah umum kata ini juga termarginalkan dan dilupakan.
Dimanakah kata berkah itu saat ini?
Ketika mengulas kata ini, saya pun juga cukup kesulitan untuk memaparkan konsep berkah. Apakah kata berkah itu sudah benar-benar pergi?
Oh ya. Saya masih ingat kata ini kadang masih disebut dan diulas dalam khutbah jumat. Sayup-sayup kata ini masih terdengar.
Bagaimana dengan kawan-kawan sekalian. Pernahkah akhir-akhir ini mendengar kata berkah? Semoga saja masih pernah mendengar atau menyebut kata ini.
Kasian sekali kata ini kalah saing dengan kata prestasi, medali, piagam penghargaan bahkan materi.
Memang cukup sulit untuk menjelaskan kata berkah ini. Sebab kata ini memang cukup abstrak. Masih perlu dirinci dengan penjelasan yang lebih mudah dipahami.
Sebenarnya apa sih berkah itu?
Secara bahasa berkah bermakna berkembang dan bertambahnya kebaikan. Kata berkah juga masih semakna dengan kosakata bahasa Arab Birkah yang bermakna sumur.
Menurut imam Raghib al Asfihany Barokah adalah tetapnya kebaikan ilahy dalam sesuatu. Artinya Allah SWT memberikan kebaikan pada sesuatu.
Jika kita ilustrasikan dalam kehidupan maka ada dua orang yang sama-sama mendapatkan uang. Si A menggunakan uangnya untuk kebaikan. Sedangkan si B menggunakannya untuk keburukan dan kejahatan.
Contoh lainnya. Si A dan si B mendapatkan jabatan. Si A menggunakan jabatannya untuk kebaikan dan si B menggunakannya untuk kejahatan.
Dari kedua ilustrasi tersebut. Sama-sama mendapatkan uang, sama-sama mendapatkan jabatan. Namun berbeda dalam kemanfaatannya.
Demikian juga dalam hal ilmu. Sama-sama menuntut ilmu agama. Si A belajar ilmu islam. Si B juga demikian. Si A belajar dan mengamalkan ilmunya. Si B belajar tapi tidak mengamalkan ilmunya.
Maka jadi jelas bahwa kita bisa mendapatkan apa saja yang kita inginkan dan usahakan namun ketika tidak melibatkan Allah SWT dalam proses mendapatkannya, maka ilmu tersebut tidak akan barokah.
Intinya adalah selalu memohon kepada Allah SWT. Selalu melibatkan Allah SWT dalam setiap usaha dan pekerjaan kita.
Semoga bermanfaat
Komentar