Kenapa bisa terjadi?
Nah, jangan buru-buru nyalahin santri atau si anak. Sebab bagi santri baru, mencuci sendiri bukanlah hal yang ringan dan mudah. Bisa kita bayangkan selama di rumah semua dilayani bak raja. Baju dicucikan, dilipatkan dan disetrikakan. Nah, ketika masuk pondok, harus nyuci sendiri, lipat baju sendiri, setrika sendiri, jemur sendiri. Pokoknya harus dilakukan sendiri.
Memang berat. Karena ini adalah kebiasaan baru yang benar-benar baru. Dan tugas kita adalah memahamkan kepada putra putri kita tentang pentingnya kemandirian sebab suatu saat mereka akan "meninggalkan" Kita baik untuk bekerja ataupun berkeluarga.
Di Darul Madinah mencuci sendiri adalah hal yang tetap dipertahankan dengan tujuan agar anak-anak memahami cara nyuci yang benar, tahu cara melipat baju dan tahu pula cara nyetrika yang benar. Dan lebih penting lagi agar mereka paham dan mengerti bahwa tugas para ibu di rumah seberat itu sehingga diharapkan pada saat pulang ke rumah mereka mau membantu para ibu dengan senang hati tanpa paksaan karena memang sudah paham bahwa tugas ibu memang berat dan melelahkan.
Memang saat ini, Darul Madinah mencoba membuka layanan laundry namun bukan untuk semua jenis pakaian. Hanya untuk jenis pakaian yang besar yang tidak mampu dicuci dengan tangan. Namun untuk pakaian harian, para santri tetap dianjurkan untuk mencuci sendiri.
Lantas bagaimana dengan cucian busuk tadi? Mau tidak mau harus ditumpahin. Baik oleh anaknya sendiri atau oleh temannya yang sudah tidak tahan mencium aroma busuknya. Dan langkah selanjutnya adalah mengganti deterjen dan langsung dicuci dan dibilas.
Adaptasi ini cukup berat. Maka para orangtua harus sabar juga ketika anak mengeluh karena capek belajar, capek menghafal dan capek nyuci sendiri.
Bukankah semua kita berharap suatu saat mereka akan mandiri? Itulah harapan kita semua 🙏
Komentar