Kalau sudah berteman lama, pasti faham ya kalau saya ngga terlalu mengidolakan Kartini. Saya justru mengidolakan Siti Aisyah We Tenriolle, Rohana Kudus, Rahmah el-yunusiyah, Malahayati, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, Teungku Fakinah, Nyi Ageng Serang dll.
Saya mengidolakan mereka bukan tanpa alasan. Mereka ada yang hidup sezaman dengan Kartini. Ada juga yang hidup jaaaauuuh sebelum Kartini lahir tapi heroiknya luar biasa, atau cerdasnya kebangeten. Kontribusi mereka lebih riil terhadap negri ini.
Saya nyinyir? Nggak lah. Bisa dibaca di berbagai literatur tentang siapa itu Malahayati. Laksamana Perempuan pertama di dunia, wow kereeeennn !!!
Bayangkan, laksamana perempuan pertama di dunia itu berasal dari tanah rencong Aceh. Dia memimpin ribuan armada laut Kesultanan Aceh untuk menyerang Belanda. Merekalah penjaga selat Malaka sejati. Bahkan Malahayati inilah yang membunuh Cornelis De Houtman dalam duel satu lawan satu di atas geladak kapal.
See? Malahayati itu bener-bener wonder woman dalam sejarah Indonesia. Cornelis De Houtman yang merupakan orang Belanda yang pertama kali menjejakkan kaki di tanah Indonesia mati di ujung pedang Malahayati di tahun 1599.
Malahayati pula yang membentuk pasukan Inong balee, pasukan perempuan pemberani penjaga selat Malaka. Takjub tiada henti jika membaca kisah Malahayati.
Terus idola saya selanjutnya adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Dia Ratu di Kerajaan Tanette Sulawesi Selatan. Sosok ratu yang super duper cerdas. Dialah yang menerjemahkan epos I La Galigo. Menyelamatkan sastra terpanjang dunia dan diakui sebagai warisan dunia. Epos I La Galigo ini asli tulisan orang Bugis abad 13-15. Menceritakan tentang kisah cinta Sawerigading. Keren gak sih orang Bugis menuliskan sastra terpanjang sedunia. Keren banget tauk!
Warisan sastra dunia ini hampir hilang jika tak diselamatkan oleh Siti Aisyah We Tenriolle. Dia sosok Ratu yang super duper cerdas nan keren. Hari-harinya dihabiskan dalam lautan buku tebal. Dia menghabiskan waktu puluhan tahun untuk menyelamatkan epos I La Galigo yang naskahnya sudah banyak yang hilang.
Gak heran sih kalau banyak yang hilang. Soale dulu epos tersebut ditulis dalam daun lontar yang jumlahnya ribuan. Pastilah ribet banget nulisnya.
Nenek Moyang orang Bugis emang keren dan cerdas. Menulis dalam ribuan daun lontar tidak mengendorkan semangat untuk menulis. Dan Sang Ratu nan cerdas inilah yang menyelamatkan dan menerjemahkan ulang cerita I La Galigo. Dia juga mendirikan sekolahan untuk rakyatnya. Sekolahan tersebut berdiri jauh sebelum Kartini mengemukakan idenya untuk membangun sekolah. Artinya Siti Aisyah lebih dulu berkontribusi riil terhadap kemajuan bangsa ini tapi namanya tak pernah ditulis sejarah.
Ada lagi lainnya yang saya idolakan yaitu Nyi Ageng Serang. Beliau adalah penasihat perang Pangeran Diponegoro. Pemimpin pasukan berkuda nan handal. See? Pemimpin pasukan berkudanya perempuan ! Keren banget kan.
Dia naik turun gunung membersamai perang gerilya Pangeran Diponegoro. Ketangkasannya berkuda dan mengatur strategi perang menjadikan pasukan Pangeran Diponegoro bisa melancarkan perang gerilya dalam waktu lama. Bisa membuat Belanda kewalahan.
Profil lainnya adalah Rahmah El-yunusiyah. Sosok cerdas dari tanah Minang. Beliau mendirikan sekolah madrasah Diniyah Putri Padang Panjang. Sebuah sekolahan yang kurikulumnya diadopsi oleh al-azhar Mesir. Bahkan beliau dianugerahi gelar Syaikhah oleh Al-Azhar Mesir. Sebuah gelar setara Professor. Dan sekolahan Rahmah el-yunusiyah berdiri jauh sebelum sekolahan Kartini.
Artinya apa? Artinya banyak perempuan Indonesia yang jauh lebih hebat dari Kartini. Tapi hanya Kartini seorang yang dipuji setinggi langit. Rasanya tak adil jika hanya Kartini yang dipuja-puji. Itulah kenapa saya biasa-biasa aja di setiap peringatan Hari Kartini.
Sumber :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=484142176068800&id=100034190664221
Komentar