Semua kita mafhum bahwa saat ini adalah era media sosial. Era dimana jutaan manusia asyik berselancar di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lain sebagainya. Bahkan bisnis sekalipun, juga memanfaatkan media ini.
Komunikasi melalui media sosial merupakan komunikasi tidak langsung. Yakni tidak tatap muka. Komunikasi semacam ini merupakan komunikasi imajiner. Masing-masing dari dua atau lebih orang yang berkomunikasi sama-sama tidak melihat wajah masing-masing. Kita tidak tahu ekspresi lawan bicara kita. Apakah marah, kecewa, senang dan bahagia dan lain sebagainya.
Karena kondisinya seperti itu, maka kedua orang yang terlibat dalam komunikasi imajiner ini hanya bisa menduga-duga dari pesan atau tulisan yang dibaca. Kadang kita menduga lawan bicara kita marah hanya dengan melihat emoticon yang menyertai pesan yang kita baca. Bisa juga kesan disukai, bisa juga kesan muak hanya dengan melihat emoticon yang kita terima.
Memang komunikasi yang ideal adalah komunikasi secara langsung alias tatap muka. Kita bisa melihat lawan bicara kita. Mimik wajah. Ekspresi bicara dan lainnya.
Dengan bertatap muka langsung. Maka pembicaraan bisa fokus dan bisa membangun kesepahaman terkait permasalahan yang diperselisihkan.
Namun kesibukan masing-masing menyebabkan kebanyakan orang lebih suka dan memilih komunikasi instan melalui media sosial. Tentu saja penggunaan media sosial dalam berkomunikasi harus berhati-hati. Menjaga perasaan masing-masing agar tidak terjadi salah paham bahkan paranoid dan benci.
Semua ini kita tidak menginginkannya. Maka jika berkaitan dengan masalah yang krusial lebih baik kita bertatap muka langsung. Sedangkan untuk masalah yang ringan, kita masih bisa menggunakan media sosial namun tetap dengan BERETIKA.
Komentar