Pemuda adalah harapan bangsa. Maju dan tidaknya sebuah bangsa ditentukan oleh pemudanya. Maka wajar sekali jika pemuda mendapatkan perhatian yang sangat luar biasa baik dalam kajian keilmuan maupun dari sisi lainnya.
Dalam Al Qur'an disebutkan tentang pemuda. Rata-rata mereka adalah pemuda yang mampu membuat perubahan. Salah satunya adalah nabi Yusya'.
Dalam surah Al Kahfi, nama beliau tidak disebut secara langsung melainkan hanya disebut dengan gaya atau seorang pemuda. Artinya nama itu tidak penting untuk seorang pemuda. Jadi bukan malah sibuk buat atau cari nama yang keren baik untuk dirinya ataupun media sosialnya. Justru yang penting dari pemuda itu adalah karya.
Nabi Musa as dan nabi Harun as tidak mampu mengantarkan bangsa Israel memasuki Palestina. Justru prestasi ini dilakukan oleh sinoemuda yakni nabi Yusya' Bin Nun. Maka yang paling penting dari seorang pemuda adalah karya. Bukan nama. Sebab dengan adanya karya, akan memaksa orang untuk menyebut nama si pemuda.
Oleh karena itu, pemuda merupakan harapan masa depan. Sehingga untuk mendidiknya pun ada ilmu dan caranya tersendiri. Di antaranya adalah
1. Idola yang tepat
Idola sangat berpengaruh besar terhadap pemuda. Maka cara paling mudah mendidik pemuda adalah jadikan diri kita idola. Baik cara bersikap, bertutur kata, dan lainnya. Sebab pemuda akan dengan mudah meniru apa yang didengar dan apa yang dilihat.
Bisa kita lihat hari ini, serangan yang sangat massif untuk menghancurkan pemuda. Salah satunya adalah dengan memunculkan idola imajiner. Bukan idola sesungguhnya. Hanya dibuat jadi idola.
Maka penting sekali bagi kita sebagai orangtua ataupun guru untuk menjadi idola yang benar bagi anak dan murid kita.
2. Kesederhanaan
Pemuda itu apalagi ketika masa menuntut ilmu identik dengan kesederhanaan. Utamanya dalam urusan makanan. Digambarkan dalam surah Al Kahfi ketika nabi Musa as meminta istirahat dan makan siang, lauknya adalah ikan asin. Bukan berarti tidak boleh makan enak. Tapi pemuda identik dengan kesederhanaan.
Adapun ketika nanti menjadi ilmu, pilihan kembali kepadanya. Mau makan enak atau tetap sederhana, pilihan ada padanya.
3. Cara bicara yang benar
Ketika bicara dengan pemuda, maka sebagai orangtua atau guru, bicaranya harus penuh semangat. Tidak lebay. Tidak alay. Tapi penuh semangat. Penuh inspirasi dan gairah. Karena pemuda penuh dengan energi. Dan untuk memunculkan energi itu diperlukan pemantik
Selamat membaca 🙏
Komentar