Salah seorang santri saya atau mungkin beberapa di antara mereka pernah mengeluh terkait dengan jurusan yang mereka pilih. Jurusan tersebut adalah jurusan AGAMA. Di sekolah kami ada dua jurusan yakni IPA dan AGAMA.
Anak-anak IPA tentu lebih percaya diri dengan jurusan yang mereka pilih. Sebab umumnya memang demikian. Pendapat umum mengatakan bahwa jurusan ini memiliki prospek masa depan yang cerah.
Sedangkan anak AGAMA, mereka cenderung pesimis dan tidak percaya diri. Mereka berasumsi bahwa jurusan yang mereka ambil tidak memiliki prospek yang cerah dari sisi kuliah dan kerja. Pokoknya suram dan tak ada harapan.
Benarkah demikian?
Saya mencoba memberikan sebuah analogi sederhana tentang seseorang yang mengasah pisau. Bahwa untuk menghasilkan pisau yang tajam dan dapat digunakan dengan baik, maka si pengasah harus tekun dan kuat mengasahnya. Andai si pengasah tolah toleh kesana kemari alias tidak fokus, maka bisa jadi hasilnya tidak akan sesuai harapan atau bahkan akan melukai tangan sendiri.
Di sinilah pentingnya menjiwai apa yang sedang pilih dan kita putuskan. Semua pilihan dan keputusan akan memberikan resiko dan konsekwensinya masing-masing.
Menjiwai pilihan yang sudah kita ambil akan memberikan semangat juang bahwa pilihan tersebut adalah benar dan akan memberikan manfaat yang besar di masa yang akan datang.
Percaya diri adalah jawabannya. Sebab kesuksesan bukan semata ditopang oleh sebuah jurusan, fasilitas dan sarana yang ada. Justru kita banyak dapati orang-orang sukses itu berangkat dari nol dan ketekunan.
Maka percaya diri dan menekuni apa yang sedang kita pilih adalah solusinya. Membandingkan diri kita dengan orang lain justru akan semakin menyiksa perasaan dan batin. Toh, hakikatnya orang yang kita lihat juga berjibaku dengan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Maka yakinkan diri bahwa pilihan kita sudah benar dan tekuni apa yang kita yakini benar. Insha Allah suatu saat ketekunan itu akan mengantarkan kita pada harapan dan cita-cita yang kita inginkan.
Semoga
Komentar