Seberapa penting media sosial mu jika sekedar pasang status alay? Seakan-akan semua orang harus tahu yang sedang kau lakukan.
Seberapa penting status yang kau pasang di media sosialmu? Seakan-akan semua orang harus like dan komen tentang status mu? Seakan-akan tidak ada kerjaan lain yang bisa menghasilkan uang misalnya.
Liburan bagi sebagian santri adalah momen yang ditunggu-tunggu untuk melampiaskan semua hal yang ditahannya selama di pondok.
Tidak ada hal yang diambil dan ditanyakan pertama kecuali mana HP ku?
Maka diambillah HP,
Dinyalakan
Langsung buka Facebook
Langsung buka Instagram
Langsung buka WhatsApp
Langsung buka line
Langsung buka tiktok
Dan buka media sosial lainnya
Tak ada hal lain yang dirindu dan dikangenin kecuali media sosial dan semua isinya.
Hilang rasa malu
Tidak peduli nilai kepantasan dan norma sosial
Yang penting happy
Lho, lho!
Gue, gue!
Padahal media sosial banyak sisi baik dan positifnya.
Padahal media sosial bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif
Mungkin bisa buat catatan ringan selama liburan
Mungkin bisa belajar marketing online di YouTube daeinpada hanya nonton video sampah yang hanya merusak moral dan karakter anak muda.
Jangan salah ambil idola
Sebab sedikit banyak kau akan menirunya
Tak peduli kau secantik dia atau tidak
Dia putih kau pun ingin putih
Beli berbagai macam cream pemutih.
Dan akhirnya hanya wajahmu yang putih. Dan badnamu teteaplah gelap.
Dia lemah gemulai.
Kau pun ingin seperti itu
Sehingga berbagai macam tarian kau pelajari agar kau tampak lemah gemulai.
Dia terlihat seksi
Kau pun beli baju seksi
Hanya agar dibilang seksi.
Kamu salah ambil contoh
Kamu salah ambil idola.
Maka
Taruhlah HP - mu
Lihatlah di cermin
Itulah dirimu yang sesungguhnya
Kenakan hijab itu
Betapa kau lebih anggun dan mulia dibanding mereka yang mengunbar aurat.
Katanya kau muslimah
Banggalah jadi muslimah
Kau punya idola sendiri
Kau punya kebiasaanmu sendiri tanpa harus meniru kebiasaan orang lain.
Taruhlah HP-mu
Istirahatkan matamu
Istirahatkan badanmu
Itu lebih bermanfaat untukmu
(Sebuah renungan di warung makan Gulun Madiun)
Komentar