Hari pertama mondok, diantar oleh kedua orangtua, paman dan bibi, kakak dan adik dan keluarga besar. Ada juga yang hanya diantar oleh bapak dan ibu saja. Plus sekardus bekal mondok, sekoper pakaian, dan beberapa lembar uang saku.
Hari itu, masih bisa ngobrol bersama bapak dan ibu dan saudara. Dada mulai terasa sesak. Air mata serasa mau tumpah. Demikian juga bapak ibu mulai merasakan ada yang merasuk di dada. Bayangan-bayangan selama di pondok. Berbagai pertanyaan bermunculan.
Bapak ibu mencoba tenang. Mencoba mencairkan suasana sambil mengobrol.
Si anak sudah mulai terdiam. Mungkin bingung. Nanti gimana ketika tidak lagi bersama bapak dan ibu.
Jam 15.00, jam 16.00 sebagain besar orangtua sudah mulai meninggalkan anaknya. Namun ada juga yang masih mencoba menenangkan si anak. Inilah perjuangan kesekian kalinya seorang anak dan orang tua akan berpisah cukup lama.
Adzan Maghrib, berkumandang. Si anak tidak mungkin hanya berdiam diri di kamar. Hampir semua teman-temannya sudah bergegas ke masjid untuk sholat Maghrib.
Bersama dengan teman yang baru saja dikenal. Hanya kenal nama. Belom tahu asalnya. Tapi itu sudah cukup menjadikan dia merasa tenang.
Disapa oleh orang yang belom pernah bertemu dengannya itu sudah bisa membuat tenang perasaannya. Tapi masih canggung mau terus-terusan menyapa. Maka sesekali diam. Tapi disapa lagi oleh teman baru. Akhirnya tidak jadi diam.
Malam ini tidur bersama teman baru di satu kamar. Pengalaman pertama. Biasanya tidur sendirian di kamar. Tapi masih satu rumah dengan bapak ibu. Malam ini tidur bersama-sama di satu kamar dengan banyak teman. Mungkin sekitar 15 atau 20 an santri satu kamar. Benar-benar pengalaman baru.
Adzan shubuh kah? Kok sudah dibangunin! Ternyata bukan. Masih jam 3. Ngapain sudah dibangunin.
Ayo sholat tahajjud. Ajak pengasuh.
Ini masih malam. Masih pengen tidur. Pastinya begitu perasaan pertama kali dibangunin jam 3 dini hari.
Bergegas wudhu". Ambil mukena. Sholat tahajjud sambil menahan kantuk. Pengen cepat segera salam. Tapi ternyata bacaan imam sholat cukup panjang dan lama. Betis sudah terasa kram.
Salam yang ditunggu" pun tiba. Lega rasanya. Langsung tanpa ba bi Bu, rebahkan tubuh. Lanjutkan mimpi.
Hanya selang beberapa menit. Adzan berkumandang. Adzan shubuh.
Yah. Bangun lagi. Padahal baru rebahin badan.
Bangun lagi. Wudhu' lagi. Dan sholat lagi. Berharap sholat ini segera selesai. Namun sama. Bacaannya cukup panjang. Salam adalah bayangan kenikmatan yang tiada Tara.
Sholat pun selesai. Mau tidur. Tapi malu. Sebab habis ini berhalaqoh. Waduh berhalaqoh.
Apalagi itu?
Kapan sarapan 😀
Udah lapar nih? 😪
Komentar