Memasuki bulan sekitar September sampai Desember, penerimaan santri baru Darul Madinah Madiun sudah dibuka. Pengumuman resmi pun dishare di media sosial resmi Darul Madinah Madiun. Mulai dari Facebook, fanpage, Instagram website, dan lain sebagainya. Selain memanfaatkan media sosial, para ustadz dan ustadzah diwajibkan untuk share postingan dan informasi seputar Darul Madinah Madiun.
Masyarakat pun mulai berdatangan untuk survey ke pondok. Ada yang tanya-tanya via japri. Ada yang tanya-tanya di kolom komentar sebuah postingan hingga sampai pada tahap mendaftar.
Di tahap ini, ada orangtua yang dengan mudah meyakinkan putrinya untuk mondok di Darul Madinah Madiun. Cukup dengan liat-liat kegiatan dan info pondok DM, si anak langsung ok.
Ada juga yang masih ragu-ragu sehingga orangtua mencoba meyakinkan putrinya dengan membawanya ke pondok untuk lihat-lihat. Akhirnya sepakat dan mantab untuk mendaftar.
Ada juga yang sudah liat-liat di medsos bahkan sudah survey ke pondok, namun si anak masih bimbang. Sehingga tidak langsung mendaftar.
Tiba waktu pelaksanaan tes, ada anak yang juga masih bimbang dan akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.
Tidak mudah. Ini adalah pekerjaan berat para orangtua untuk meyakinkan anak agar mau mondok. Penuh perjuangan bahkan terkadang menguras emosi. Orangtua sangat ingin sekali putrinya mondok, namun putrinya enggan.
Memang yang ideal kedua orangtua dan anak sepakat untuk mondok. Ada juga yang timpang. Ada yang orangtuanya pengen sekali anaknya mondok tapi anaknya tidak mau dan sebaliknya.
Mungkin sebagian orangtua sampai memberikan iming-iming hadiah jika putrinya mondok. Sungguh berat perjuangan para orangtua. Terkadang bukan biaya yang menjadi kendala tapi kemauan anak yang menjadi kendala.
Maka ada baiknya para orangtua agar menyiapkan jauh-jauh hari untuk memondokkan anak. Mungkin sejak kelas 4 atau 5 atau setahun sebelum mondok. Mulai dari aspek kemandirian utamanya. Sebab inti mondok, salah satunya adalah kemandirian.
Admin DM
Komentar