Mengelola pendidikan dengan baik tentu saja merupakan keharusan. Bukan sekedar dikelola ala kadarnya tanpa perencanaan, pelaksanaan dan kontrol yang baik pula.
Terlebih lagi hampir semua lembaga pendidikan utamanya swasta terus bersaing dalam rangka meraih simpati dan minat masyarakat. Sebab sekolah swasta sangat bergantung dengan animo masyarakat. Jika animo masyarakat tinggi untuk menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah tersebut, maka sekolah tersebut akan terus hidup dan beroperasi. Sebaliknya jika masyarakat tidak minat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah tersebut, maka sekolah itu tinggal menunggu waktu kehancurannya alias gulung tikar.
Lantas, bagaimana caranya untuk memikat dan menumbuhkan minat masyarakat? Tentu saja banyak jawaban yang bisa dimunculkan. Di antaranya rombak kurikulum, perbaikan pengelolaan, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, dll.
Dari sekian banyak alternatif solusi di atas tentu saja tidak semuanya bisa diprioritaskan. Ada beberapa alternatif yang menjadi unsur pokok dalam memperbaiki sistem. Di antaranya adalah SDM. SDM di sekolah terdiri dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut saya, unsur inilah yang mesti diprioritaskan untuk diperbaiki. Sebab sarana yang lengkap dan uang yang banyak tidak menjamin sekolah tersebut bisa berjalan dengan baik.
Maka dalam pengelolaan SDM diperlukan seorang pemimpin yang memiliki sense dan kepekaan yang tinggi. Pemimpin di sini harus urun rembuk dengan semua SDM yang ada untuk melakukan analisis dan evaluasi terhadap sistem yang sedang dijalankan baik kekurangan ataupun kelebihannya.
Kesamaan persepsi tentang apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan sekolah menjadi modal awal untuk menyatukan rasa di antara semua guru yang ada.
Jika hal ini sudah terbangun, maka langkah selanjutnya adalah menunjukkan tujuan atau target akhir yang ingin dicapai lengkap dan strategi pencapaiannya.
Kesamaan persepsi jika tidak dibarengi dengan kesamaan tujuan dan target akhir hanya akan menghasilkan program yang sporadis alias serampangan. Ujung-ujungnya sekolah tersebut akan mengalami kegagalan lagi untuk kesekian kalinya.
Dari paparan di atas, bisa kita ambil kesimpulan sementara bahwa SDM menjadi titik sentral perbaikan lembaga pendidikan atau sekolah.
Kenapa bukan sarpras yang diprioritaskan? Sarpras memang penting. Sebagian orangtua juga masih menjadikan fasilitas dan sarpras yang lengkap sebagai salah satu pertimbangan menyekolahkan putra-putrinya ke sebuah lembaga pendidikan. Tapi ini bukan pertimbangan utamanya.
Ada unsur penting lain yang selalu ditanyakan oleh orangtua yaitu konsep kurikulumnya. Tapi tidak mungkin juga sebuah sekolah akan memiliki konsep kurikulum yang bagus jika SDM nya juga tidak memiliki kapasitas dan pemahaman yang bagus ttg pendidikan.
Jadi tetap saja unsur pokoknya adalah SDM.
Bagaimana menurut anda?
Komentar