Semua leadership maupun manajer mengharapkan terjadinya harmonisasi dalam organisasinya. Sebab ketika terjadi harmonisasi, maka jalannya organisasi akan stabil dan ketercapaian tujuan akan semakin mudah diraih.
Namun, bukan berarti sebuah organisasi tidak pernah mengalami disharmonisasi. Justru adanya aturan, tata tertib atau apapun namanya adalah dalam rangka menjaga harmonisasi.
Jika pun terjadi disharmonisasi, maka leader atau manajer akan melakukan beberapa pendekatan. Ada yang menggunakan pendekatan persuasif. Ada juga yang menggunakan pendekatan paksaan. Tujuannya sama yakni terciptanya harmonisasi.
Jika kedua pendekatan tersebut gagal, maka jalan satu-satunya adalah mengeluarkan penyebab disharmonisasi. Jalan itu bernama pemecatan.
Tentu saja cara ini juga bertahap. Mulai peringatan pertama baik lisan maupun tertulis. Jika masih terulang kembali, maka lampu kuning alias peringatan kedua. Dan jika masih terjadi, maka lampu merah. Lagi-lagi tujuannya adalah sama yakni terciptanya harmonisasi organisasi.
Oleh karena itu, seorang leader harus mempunyai keberanian dalam menjaga keutuhan dan ketahanan organisasinya. Sebab hal tersebut merupakan hal yang sangat mahal nilainya.
Membangun komitmen bersama untuk mencapai tujuan bersama bukan sesuatu yang mudah. Leader harus memiliki dan memahami visi organisasinya sekaligus mampu menjelaskan indikator pencapaiannya dan strategi pencapaiannya.
Memang dari sisi jobdesnya, leader seakan-akan tidak memiliki kerja atau tugas teknis. Padahal tugas berat leader terletak di tanggungjawabnya yakni keberlangsungan organisasi yang dipimpinnya dan mencapai tujuan organisasinya.
Selain keberanian, leader juga harus punya data sehingga dalam mengambil keputusan bukan berdasarkan like and dislike. Walaupun hal ini tidak mudah untuk dihindari. Tapi dengan data yang lengkap dan valid, leader menjadi kuat dalam mengambil sebuah keputusan.
Bersambung
Namun, bukan berarti sebuah organisasi tidak pernah mengalami disharmonisasi. Justru adanya aturan, tata tertib atau apapun namanya adalah dalam rangka menjaga harmonisasi.
Jika pun terjadi disharmonisasi, maka leader atau manajer akan melakukan beberapa pendekatan. Ada yang menggunakan pendekatan persuasif. Ada juga yang menggunakan pendekatan paksaan. Tujuannya sama yakni terciptanya harmonisasi.
Jika kedua pendekatan tersebut gagal, maka jalan satu-satunya adalah mengeluarkan penyebab disharmonisasi. Jalan itu bernama pemecatan.
Tentu saja cara ini juga bertahap. Mulai peringatan pertama baik lisan maupun tertulis. Jika masih terulang kembali, maka lampu kuning alias peringatan kedua. Dan jika masih terjadi, maka lampu merah. Lagi-lagi tujuannya adalah sama yakni terciptanya harmonisasi organisasi.
Oleh karena itu, seorang leader harus mempunyai keberanian dalam menjaga keutuhan dan ketahanan organisasinya. Sebab hal tersebut merupakan hal yang sangat mahal nilainya.
Membangun komitmen bersama untuk mencapai tujuan bersama bukan sesuatu yang mudah. Leader harus memiliki dan memahami visi organisasinya sekaligus mampu menjelaskan indikator pencapaiannya dan strategi pencapaiannya.
Memang dari sisi jobdesnya, leader seakan-akan tidak memiliki kerja atau tugas teknis. Padahal tugas berat leader terletak di tanggungjawabnya yakni keberlangsungan organisasi yang dipimpinnya dan mencapai tujuan organisasinya.
Selain keberanian, leader juga harus punya data sehingga dalam mengambil keputusan bukan berdasarkan like and dislike. Walaupun hal ini tidak mudah untuk dihindari. Tapi dengan data yang lengkap dan valid, leader menjadi kuat dalam mengambil sebuah keputusan.
Bersambung