Langsung ke konten utama

Postingan

KHUTBAH JUMAT MENJELANG RAMADHAN

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci ramadhan. Jika kita mengikuti perkembangan seputar penetapan awal ramadhan kemungkinan mulai malam ini yakni malam sabtu kita sudah akan memasuki malam pertama ramadhan.  Berbagai kegiatan sudah kita lakukan sebelum memasuki bulan suci ramadhan. Mulai bersih-bersih masjid, megengan, syukuran atau tarhib Ramadhan dan lain sebagainya.  Berbagai bekal sudah kita siapkan untuk memasuki bulan suci ramadhan baik bekal fisik maupun bekal ilmu yang kita simak dan kita pelajari baik secara langsung ataupun di berbagai saluran media sosial.  Pada kesempatan yang singkat ini ijinkan khatib menyampaikan satu pertanyaan penting yang coba kita tanyakan kepada diri kita.  Pertanyaan nya adalah andai aku tidak berpuasa?  Sudah berulang kali kita berpuasa. Setiap tahun kita sudah melaksanakan puasa. Apa yang kita peroleh setelah berpuasa. Kita juga melihat orang yang tidak puasa kehidupannya sama atau bahkan lebih baik dari kita. 

MEGGENGAN JELANG RAMADHAN

Dalam tradisi masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadhan tepatnya di akhir-akhir bulan Sya'ban, mereka mengadakan acara yang masyhur disebut dengan istilah meggengan.  Apa itu meggengan?  Bagi kita yang dari luar Jawa mungkin kata ini cukup asing di telinga kita. Padahal setiap tahun kita yang masyarakat Jawa mengadakan acara ini.  Secara bahasa kata meggengan bermakna menahan. Kata ini juga semakna dengan kata imsak yang juga bermakna menahan. Kata ini secara istilah mirip dengan kata tarhib atau marhaban yang bermakna menyambut gembira dengan datangnya bulan Ramadhan.  Ada juga yang mengatakan bahwa makna kata meggeng adalah mengagungkan atau memuliakan. Artinya masyarakat memuliakan datangnya bulan suci ramadhan dengan banyak bersyukur kepada Allah SWT. Kesyukuran itu ditandai dengan kegiatan taushiyah dan makan-makan.  Salah satu latar belakang kegiatan meggengan ini adalah upaya masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan dengan cara mulai berlatih menahan diri dari se

MARHABAN YAA RAMADHAN

Tarhib atau marhaban adalah dua kata yang sering kita dengar ketika kita memasuki bulan suci ramadhan. Dua kata ini memiliki akar kata yang sama yakni menyambut.  Memasuki bulan suci ramadhan kita perlu menyiapkan diri lahir dan batin. Secara lahir kita menyiapkan fisik kita dengan menjaga kesehatan badan. Menjaga dan menyiapkan diri di bulan  Ada dua kata terkait puasa 1. Shiyam - lahir dan batin. Yang ditahan  adalah perbuatan lahir dan batin.  Ada sebuah peringatan dari Nabi Muhammad SAW yakni كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak dapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga.  2. Shauman - tidak lahir batin. Yang ditahan hanya lahir saja. Yakni tidak berbicara.  Kata ramadhan Ramadha = pembakarsn. Penghapusan dosa-dosa. Alif nun menunjukkan makna sangat banyak. Sangat banyak sekali ampunan  dosa bagi orang yang beriman bulan suci ramadhan.  Kata ramadhan banyak yg semisal dengannya seperti gbufron, hamdan.  Perbedaan Ampun da

TARHIB RAMADHAN MASJID AL FALAH RT. 32

Memasuki akhir bulan sya'ban sebagian kaum muslimin melakukan persiapan khusus untuk menyambut dan memasuki bulan suci Ramadhan. Dan tahun ini adalah bulan yang spesial karena sudah 2 tahunan kaum muslimin tidak bisa menyelenggarakan acara-acara khusus dalam menyiapkan diri memasuki bulan Ramadhan dikarenakan pandemi covid.  Acara tarhib namanya. Ada juga yang menyebutnya acara targhib. Keduanya sama-sama bagus dan. Baik. Secara bahasa tarhib bermakna menyambut. Sedangkan targhib bermakna memotivasi atau menyemangati.  Sebagai manusia biasa tentu saja kita penuh dengan kelemahan dan kekurangan. Selama 11 bulan kita disibukkan dgn berbagai macam pekerjaan dan kesibukan. Maka tentu saja kita perlu semangat baru untuk menyambut sesuatu yang baru dan spesial yakni bulan suci ramadhan.  Sebagai manusia yang suka kumpul-kumpul, utamanya ketika ada momen yang bahagia seperti pernikahan, pulang haji dan menyambut bulan suci ramadhan, maka kita pun ikut berbahagia dan senang den

TAUSHIYAH PIMPINAN UMUM HIDAYATULLAH

Kesimpulan taushiyah Bapak Pimpinan  Umum Hidayatullah dalam acara tarhib Ramadhan 1443 H 1. Mengatur benda - manajemen by head or lead by head. Seperti adanya struktur organisasi, Tupoksi, SOP,  jadwal dan lain-lain 2. Mengatur manusia - manajemen by heart. Karena manusia penuh dengan rahasia, memiliki ruh dan perasaan, maka harus memimpin dengan hati. Lead by heart.  Memimpin dengan hati diuraikan dalam bentuk diskusi informal, silaturahim, makan-makan bareng, berhalaqoh, muhasabah bersama.  3. Sehingga sadari positioning diri sebagai pemimpin. Sadari kekurangan diri sebagai hamba Allah swt.  4. Saya bermujahadah seberat-beratnya, sekeras-kerasnya untuk melahirkan pemimpin umat Islam.  5. وما لنا أن لا نتوكل على الله وقد هدانا سبلنا ولنصبرن على ما آذيتمونا Allah memberikan ketahanan dan kesabaran atas tantangan dan rintangan yang dihadapi. Maka pergilah kamu baik sukarela ataupun terpaksa.  6. 

DIA WANITAKU

Dulu pas masih remaja, saya sangat idealis sekali. Semua perencanaan dibuat dengan sebaik mungkin. Utamanya rencana study, kerja dan karir. Ya namanya juga masih remaja. Maunya serba idealis.  Idealisme ini saya tuang dalam buku diary saya. Salah satu isinya adalah rencana pernikahan saya. Saat itu saya berazam dan berniat akan menikah di usia 27 tahun dengan asumsi saya sudah menyelesaikan study S2 saya. Pas saya nulis rencana masa depan tersebut saya sedang kuliah S1 di Kota Surabaya.  Namun realitanya apa yang saya alami dan jalani benar-benar di luar harapan saya. Justru saya menikah di usia 23 tahun dan istri saya berusia 17 tahun. Saat itu Istri saya sedang mondok di Pondok pesantren Langitan Tuban. Sebuah pesantren paling tua di daerah Tuban atau mungkin Jawa Timur.  Siapakah gerangan gadis 17 tahun itu? Dia adalah wanitaku. Dia adalah istriku. Setidaknya dia sudah mendampingi saya selama saya menjalankan tugas di dua tempat yang berbeda yakni di Balikpapan dan Kota

BUKAN LAYANGAN PUTUS

Sebuah film yang cukup viral utamanya di kalangan emak-emak berjudul layangan putus sempat menghebohkan masyarakat Indonesia. Ada yang benar-benar terbawa suasana bahkan sampai menangis seakan-akan merasakan penderitaan yang dirasakan oleh mbak Kinan.  Namun ada yang lebih ekstrem lagi. Sehabis nonton film tersebut ada yang melakukan sidak terhadap HP para suami. Jangan-jangan hal yang sama sudah menimpa rumah tangganya. Rasa khawatir dan was-was pun menggerogoti relung jiwanya sambil berharap semoga itu hanya terjadi di dunia film.  Ada juga yang lucu yakni membuat parodi dialog antara mbak Kinan dg lakon yang berbeda. Ya sekedar lucu-lucuan saja.  Saya berasumsi rata-rata perempuan atau istri lah lebih tepatnya khawatir dengan tayangan film tersebut. Hal itu sebenarnya wajar. Sebab mereka berharap rumah tangga yang dibangunnya dengan seorang suami yang dicintainya akan menjadi milik mereka berdua hingga tua sama-sama tanpa ada pihak ketiga dalam bahtera nya.  Bagaimana de