Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pendidikan Karakter

CERITA SI SATU SEMESTER

Mondok di masa Pandemi ini memang full perjuangan. Semua serba baru. Kebijakan baru. Aturan baru dan serba baru lainnya.  Di masa normal santri baru masih bisa dijenguk setelah masa 40 hari. Setelah itu berturut-turut setiap bulan masih bisa dijenguk. Utamanya para santri yang rumahnya cukup dekat dan bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi.  Di masa Pandemi ini sama sekali tidak ada penjengukan. Penyesuaian kebijakan dengan kebijakan pemerintah karena adanya covid 19. Hanya telpon dan video call yang setiap pekan bisa sedikit mengurangi rasa rindu dengan ayah bunda, kakak adik dan sanak family semuanya. Mereka mampu bertahan? Jawabannya ya. Mereka mampu melewati itu semua. Mereka mampu menahan kangen dan rindu walaupun  sesekali diselingi dengan derai air mata dan keluh kesah.  Ya. Mereka mampu melewati itu semua. Mereka sudah mulai bisa mandiri, kuat mentalnya, kuat perasaannya.  Jangan ditanya apakah mereka tidak kangen. Jangan ditanya apakah mereka tidak ingin pulang? J

BUTUH WAKTU LAMA

Seorang pakar pendidikan pernah mengatakan bahwa untuk melahirkan generasi yang baik itu butuh waktu yang lama. Berbeda dengan melahirkan generasi yang pintar itu tidak terlalu lama.  Lantas apa beda baik dan pintar? Sepintas dapat kita dalami bahwa baik itu lebih menekankan pada aspek moral dan karakter. Sedangkan pintar lebih menekankan pada aspek kognisi.  Melahirkan dan menanamkan karakter baik itu perlu pembiasaan dan perlu figur yang nyata. Figur yang hidup. Figur hidup dan nyata itu adalah orangtua dan guru.  Melahirkan generasi yang baik itu butuh waktu lama. Sekitar 13 sampai 15 tahunan. Melahirkan generasi yang baik itu perlu kesabaran yang luar biasa besar. Ketika melihat seorang anak yang melakukan perilaku tidak baik, orangtua atau guru bukan langsung menghakimi tapi membimbing dan mendidiknya.  Maka untuk tujuan itu, sebagai guru dan sebagai orangtua mesti melakukan muhasabah atau evaluasi diri baik tekait diri kita ataupun pendekatan yang selama ini kita guna

ENERGI KEBAIKAN

Dalam hidup ini terdapat dua hal yang berseberangan secara diametral yaitu kebaikan dan keburukan. Dua predikat ini akan terus bertarung dan bermusuhan. Ibarat minyak dan air. Tak kan pernah menyatu.  Bagi penggiat kebaikan, apapun akan dilakukan, apapun akan dikorbankan demi terwujudnya serta tegaknya kebaikan. Demikian juga sebaliknya, pendukung keburukan akan melakukan berbagai macam daya dan upaya agar keburukan terus tegak dan berkuasa.  Demikianlah pertarungan di antara keduanya. Masing-masing memiliki porsi tantangan dan rintangannya. Pun demikian dalam skala pribadi, kebaikan dan keburukan akan senantiasa berusaha untuk mendominasi.  Maka bersyukurlah yang sudah mampu mendominasi kebaikan pada dirinya. Dan perlu koreksi mendalam jika kebaikan itu masih sulit untuk ditegakkan pada dirinya. Masing-masing ada konsekwensinya. Kebaikan akan terus melahirkan kebaikan. Keburukan juga demikian. Oleh karena kebaikan harus disyiarkan. Sekecil apapun kebaikan itu harus disyiar